News
Minggu, 27 November 2016 - 15:00 WIB

Inilah Nasihat Gus Mus Setelah Bertemu Pandu Wijaya dkk

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rais Aam PBNU Mustofa Bisri (kiri) didampingi pimpinan sidang pleno pertama Slamet Effendy Yusuf (tengah) dan Ketua PBNU Said Aqil Siradj (kanan) memberikan fatwa saat pembahasan rancangan Tatib Muktamar Ke-33 NU di Alun-Alun Jombang, Jawa Timur, Senin (3/8/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Zabur Karuru)

Nasihat Gus Mus yang ditulis setelah bertemu dengan Pandu Wijaya dkk ini terkait perilaku khalayak di media sosial.

Solopos.com, SOLO — KH Mustofa Bisri (Gus Mus) menyampaikan cerita menarik di balik pertemuannya dengan Pandu Wijaya, karyawan PT Adhi Karya yang sempat jadi bahan pembicaraan karena kicauannya di Facebook. Gus Mus tak hanya mengisahkan soal Pandu, namun juga nasihat kepada seluruh pengguna media sosial.

Advertisement

Dalam catatannya yang dibagikan melalui akun Facebooknya, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin, Rembang, ini awalnya menceritakan keistimewaan Jumat dalam rutinitasnya. Di situlah Gus Mus menceritakan apa yang dihadapinya pada Jumat (25/11/2016) atau akhir pekan lalu.

“Jum’at kemarin ~25 November 2016~ agak lebih istimewa, karena di antara tamu-tamu yang datang bersilaturahmi dari berbagai daerah, terdapat tamu-tamu muda dari Tegal, Probolinggo, dan Jakarta yang mempunyai tujuan sama. Di samping bersilaturahmi, ingin meminta maaf,” tulis Gus Mus, Minggu (27/11/2016).

Menurut dia, mereka yang datang ini adalah orang yang sempat menuliskan pernyataan kasar baik di Facebook maupun Twitter. Beberapa hari lalu, Gus Mus melalui akunnya memang menyampaikan bahwa dirinya sudah memaafkan dan memahami perilaku mereka.

Advertisement

“Kulihat anak-anak muda yang rata-rata berusia 25 tahunan ini, seperti umumnya pemuda santri. Polos, santun, dan sopan. Sedikit pun tidak ada kesan berandalan, sangar, atau kasar seperti yang mereka tampakkan di twit dan status mereka.”

Dalam catatan itu, Gus Mus menceritakan pertanyaannya kepada anak-anak muda itu tentang apa yang membuat mereka membencinya. “Ketika aku tanya apakah mereka benci kepadaku, karena ucapan atau perilaku yang melukai hati atau menyinggung mereka, mereka bilang tidak,” tulis Gus Mus.

“Apakah ada kawan mereka yang pernah kusakiti, dan mereka solider ikut mengecamku, mereka menjawab tidak. Apakah mereka menganggap aku pendukung tokoh politik tertentu yang berlawanan dengan tokoh mereka, mereka menjawab tidak.”

Mereka justru kebingungan saat Gus Mus bertanya apakah mereka marah setelah membaca tulisannya tentang salat Jumat di jalanan. Sambil meminta maaf, Pandu memberikan pengakuannya soal kejenuhannya.

Advertisement

“Pandu Wijaya malah dengan sangat lesu mengatakan, ‘Mohon maaf, saat itu saya lagi jenuh dengan pekerjaan’. Aku pun semakin bertanya-tanya tentang ‘kesaktian’ sosmed ini.”

Gus Mus menduga mereka hanya salah pergaulan di media sosial atau dunia maya yang seperti hutan belantara. “Yang ~di samping terdapat manusia-manusia berbudi~ penuh dengan makhluk-makhluk palsu yang tidak bertanggungjawab.”

Tokoh yang aktif di media sosial ini pun memberikan saran kepada mereka dalam menghadapi dunia maya. Pertama, dia meminta agar anak-anak muda menata kembali niat dalam menggunakan dan memanfaatkan sosmed. Kedua, berhati-hati dan waspada dalam beraktivitas di dunia maya yang penuh tipuan. Ketiga, dia meminta agar mereka biasa ber-tabayun [mencari klarifikasi] dan meniliti rekam-jejak setiap akun/tokoh.

Keempat, Gus Mus meminta anak muda tidak tergesa-gesa membaca dan membagikan bacaan. Kelima, dia menganjurkan agar pengguna medsos melakukan kopi darat (kopdar), agar bisa melihat orangnya langsung dalam penampilan nyata.

Advertisement

“Keenam, ingat sabda Rasulullah SAW ‘Innamal a’mãlu binniyãt… alhadits” dan “Min husni Islamil mar-i tarkuhu mã lã ya’ni”. Semoga Allah membimbing kita baik di dunia nyata maupun di dunia maya,” tutupnya.

Berikut tulisan lengkap Gus Mus dalam akun Facebooknya:
JUM’AT DAN SILATURAHMI ::

JUM’AT DAN SILATURAHMI ::

Advertisement

Hari Jum’at ~yang digelari sebagai Sayyidul Ayyãm, “Pemimpinnya hari-hari”~ memang bagiku sendiri merupakan hari istimewa. Aku berusaha merayakan hari istimewa ini dengan berbagai kegiatan positif seperti yang diamalkan dan diajarkan kiai-kiaiku. Minimal harus lain dari hari-hari yang lain. Misalnya dalam 6 hari yang lain, kesibukanku lebih merupakan ‘kesibukan duniawi’ saja, aku berusaha semampuku mengisi Jum’atku dengan kesibukan yang lebih ‘ukhrawi’, bernilai akhirat.

Untuk itu, kegiatan rutinku ~bila tidak sedang bepergian~ dimulai dari hari Kamis malam. Lalu pagi harinya, bersilaurahmi melalui ponsel, menyapa dan mendoakan anak-anak; saudara-saudara; keponakan-keponakan; kawan-kawan; dan beberapa kenalan. Kemudian bersilaturahmi dengan saudara-saudaraku warga kampung di seputar Rembang. Bersalaman dengan bapak-bapak dan anak-anak yang ikut ibu-ibu mereka ‘bertadarus’ Al-Qur’an melalui pembacaan Tafsir Al-Ibriznya Kiai Bisri Mustofa, rahimahuLlãh. Setelah itu menerima tamu-tamu yang kebanyakan dari luar daerah. Lalu setelah salat Jum’at di mesjid Jami’ ~kalau tidak terlalu capek atau ngantuk~ biasanya dilanjutkan menemui tamu-tamu lagi, bila ada, kadang-kadang hingga malam hari.

Jum’at kemarin ~25 November 2016~ agak lebih istimewa, karena di antara tamu-tamu yang datang bersilaturahmi dari berbagai daerah,
terdapat tamu-tamu muda dari Tegal, Probolinggo, dan Jakarta yang mempunyai tujuan sama. Di samping bersilaturahmi, ingin meminta maaf. Mereka inilah yang beberapa hari sebelumnya, menulis kasar kepadaku di Twitter dan Facebook. Dan sudah aku maafkan via twit di Twitter dan status di Facebook.

Kulihat anak-anak muda yang rata-rata berusia 25 tahunan ini, seperti umumnya pemuda santri. Polos, santun, dan sopan. Sedikit pun tidak ada kesan berandalan, sangar, atau kasar seperti yang mereka tampakkan di twit dan status mereka.

Ketika aku tanya apakah mereka benci kepadaku, karena ucapan atau perilakku yang melukai hati atau menyinggung mereka, mereka bilang tidak. Apakah ada kawan mereka yang pernah kusakiti, dan mereka solider ikut mengecamku, mereka menjawab tidak. Apakah mereka menganggap aku pendukung tokoh politik tertentu yang berlawanan dengan tokoh mereka, mereka menjawab tidak. Ketika kemudian mereka aku tanya, apakah mereka marah karena membaca pendapatku tentang salat Jum’at di Jalanan? Mereka malah seperti kebingungan. Pandu Wijaya malah dengan sangat lesu mengatakan, “Mohon maaf, saat itu saya lagi jenuh dengan pekerjaan.”

Aku pun semakin bertanya-tanya tentang ‘kesaktian’ sosmed ini. Bagaimana ia bisa mengubah anak-anak yang santun seperti mereka ini menjadi orang-orang yang tega memperburuk citra diri mereka sendiri di sosmed. Melihat penampilan mereka di dunia Nyata, aku yakin mereka bukan orang-orang yang tidak tahu adab dan adat.

Advertisement

Dugaanku mereka hanya salah pergaulan di dunia Maya yang memang bagaikan hutan belantara yang ~di samping terdapat manusia-manusia berbudi~ penuh dengan makhluk-makhluk palsu yang tidak bertanggungjawab.

Kepada mereka ini dan semisal mereka ~bukan yang sengaja menjadikan sosmed sebagai sarana menebar kebencian dan kekacauan~ kalau boleh, aku menasihatkan agar (1) menata kembali niat kita dalam menggunakan dan memanfaatkan Sosmed; (2) berhati-hati dan waspada beraktifitas di ‘Dunia Maya’ yang ~kita tahu~ penuh tipuan; (3) jangan mudah tergiur dengan tampilan-tampilan menarik, biasakan tabayun dan meniliti rekam-jejak; (4) jangan tergesa-gesa membaca dan membagikan bacaan; (5) usahakan sekali-kali KopDar, agar bisa melihat Manusia dalam penampilan nyatanya (dalam hal ini, contohlah misalnya perkawanan Maya dan Nyata dari misalnya komunitas Adib Machrus, Pakdhe Tegoeh, Timur Suprabana, Zen Mehbob, Triwibowo Budi Santoso, Zaenal Maarif, dan mereka yang tidak hanya bersapaan di sosmed tapi juga bersilaturahmi di dunia nyata. Mereka guyub, penuh kasihsayang); (6) ingat sabda Rasulullah SAW “Innamal a’mãlu binniyãt… alhadits” dan “Min husni Islamil mar-i tarkuhu mã lã ya’ni”.

Semoga Allah membimbing kita baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif