Soloraya
Minggu, 20 November 2016 - 20:40 WIB

PENDIDIKAN SRAGEN : 1.160 Warga Buta Huruf Dilatih Keaksaraan

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pendidikan Sragen, masih ada 1.160 warga usia 45 tahun ke atas yang buta huruf.

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 1.160 warga berusia di atas 45 tahun di Sragen diketahui buta huruf. Mereka mengikuti program keaksaraan dasar dan keaksaraan usaha mandiri.

Advertisement

Kasi Pendidikan Kesetaraan Bidang Pendidikan Nonformal Dinas Pendidikan Sragen, Triswanti, mengatakan dari 1.160 warga itu, 560 warga di antaranya mengikuti program keaksaraan dasar. Sementara sisanya, 600 warga mengikuti program keaksaraan lanjutan.

Program keaksaraan mandiri, kata Triswanti, merupakan lanjutan program keaksaraan dasar. “Ke-600 warga itu sudah mengikuti program keaksaraan dasar selama setahun. Tahun ini mereka mengikuti program keaksaraan mandiri supaya tidak kembali buta huruf,” jelas Triswanti saat ditemui Solopos.com di kantornya akhir pekan lalu.

Program keaksaraan dasar dan keaksaraan mandiri baru difokuskan di dua kecamatan yakni Karangmalang dan Tanon. Menurut Triswanti, proses pembelajaran sudah berlangsung dan sebentar lagi semua peserta akan mengikuti ujian.

Advertisement

“Program keaksaraan dasar dan keaksaraan mandiri ini diselenggarakan di PKBM [Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat] di Karangmalang dan Tanon,” terang Triswanti.

Disdik Sragen sebetulnya sudah mencanangkan Sragen bebas buta huruf untuk warga berusia di bawah 45 tahun. Dia mengklaim Sragen sudah bebas buta huruf untuk warga berusia di bawah 45 tahun sejak beberapa tahun lalu.

Meski begitu, program keaksaraan dasar dan keaksaraan mandiri tahun ini menyasar warga buta huruf dengan usia di atas 45 tahun. “Perlu diketahui, angka buta huruf sekarang itu sudah tidak lagi dijadikan sebagai komponen yang memengaruhi IPM [indeks pembangunan manusia] oleh BPS [Badan Pusat Statistik],” kata Triwanti.

Advertisement

Sementara itu, berdasar data yang dikeluarkan BPS, IPM Sragen 2015 senilai 71,10 atau menduduki urutan kedua terbawah di Soloraya setelah Wonogiri dengan nilai 67,76. Salah satu komponen yang digunakan untuk mengukur IPM oleh BPS adalah angka harapan lama sekolah (HLS) yang mencapai 12,21 tahun atau setara SD dan SMP. Angka HLS atau expected years of schooling (EYS) di Sragen menduduki peringkat terbawah kedua setelah Boyolali.

“Angka buta aksara tidak digunakan untuk mengukur IPM. Angka buta huruf tidak bisa dijadikan indikator perkembangan dunia pendidikan. Komponen buta aksara itu sudah diganti oleh HLS. Melihat peringkat HLS Sragen yang masih rendah di Soloraya, kami merekomendasikan kepada Pemkab Sragen untuk memaksimalkan pemberian beasiswa kepada mahasiswa dari kalangan keluarga kurang mampu,” kata Kepala BPS Sragen Laeli Sugiyono saat ditemui Solopos.com di kantornya.

Sementara itu berdasar data yang dihimpun Solopos.com di Kantor Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) Sragen, Jumat (18/11/2016), terdapat 174 mahasiswa yang mendapat program beasiswa Siswa Pintar Warga Sukowati (Sintawati) di perguruan tinggi negeri (PTN). Beasiswa itu diberikan Pemkab Sragen selama lima tahun terakhir atau sejak 2012 lalu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif