Jogja
Sabtu, 19 November 2016 - 06:40 WIB

KAWASAN INDUSTRI PIYUNGAN : Harga Belum Cocok, Warga Masih Menolak

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi Uang Logam (Okezone)

Penolakan sejumlah KK tersebut didasari belum adanya kecocokan harga yang ditawarkan.

Harianjogja.com, BANTUL—Sedikitnya masih terdapat tujuh Kepala Keluarga (KK) yang masih menolak tanahnya dibeli oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul untuk digunakan sebagai jalan utama Kawasan Industri Piyungan (KIP). Penolakan sejumlah KK tersebut didasari belum adanya kecocokan harga yang ditawarkan.

Advertisement

Jalan utama KIP yang melewati Dusun Payak, dan Dusun Cilik, di Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan sedianya akan segera dikerjakan pada 2017 mendatang. Namun hingga kini pembebasan lahan yang digunkan untuk pembangunan jalan belum juga rampung. Kepala Desa Srimulyo, Wajiran mengatkan dari 18 KK, terdapat tujuh KK yang masih belum mau melepas tanahnya.

Harga yang ditawarakan Pemkab dikatakanya menjadi alasan utama sejumlah warga masih menolak untuk melepas kepada pemerintah. Kata Wajiran negosiasi berjalan alot karena warga bersikukuh dengan harga yang mereka minta. “Mereka belum cocok hargnya,” ujarnya kepada Harian Jogja, Jumat (18/11/2016).

Dia menjelaskan, harga yang selama ini ditawarakan oleh Pemkab sesuai dengan penilaian yang sebelumnya dilakukan. Selain tanah, terdapat juga bangunan, dan tanaman yang juga ikut dinilai. Dengan demikin jumlah ganti rugi yang disiapkan untuk warga menjadi beragam.

Advertisement

Nominalnya didasarkan pada perhitungan lokasi yang terkena pelebaran jalan, mulai dari kondisi tanah, hingga jenis tanaman yang ada. Untuk tanah yang berada di tepi jalan Wajiran menaksir harganya bisa mencapai miliara rupiah.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan, dan Koperasi (Disperindakop) Sulistyanta menambahkan harga yang ditawarkan kepada warga memang berbeda-beda. Jika tanah yang letaknya strategis maka harganya akan semakin tinggi. Dia mengkategorikan lahan berdasarkan kelas A, B, dan C.“Pinggir jalan persis itu kelasnya kelas A, dan harganya lebih mahal,” tuturnya.

Diakuinya pula pemilik lahan di kelas A tersebut memang masih belum seluruhnya mau pembebasan lahan mereka. hal itu lantaran negosiasi harga dengan pemilik lahan masih alot. Sedangkan di lahan kelas B tinggal satu KK lagi yang masih dalam tahap negosiasi, sementara di lahan kelas C semuanya sudah dilakukan pembasan lahan.

Advertisement

Dia menargetkan pembebassan lahan untuk jalan itu akan segera rampung semuanya pada akhir 2016. Dia optimis hal itu bisa tercapai, pasalnya proses negosiasi harga terus dilakukan, dan warga kata dia pada prinsipnya tidak keberatan dengan adanya pembangunan jalan sepanjang 2,45 Kilometer dan 24 meter itu.

Sebagaimana diketahui pembangunan jalan itu merupakan bagain dari pembangunan KIP di Bantul yang mencapai 300 hektare, tersebar di Desa Srimulyo dan Sitimulyo. Sebanyak 105 hektare lahan di daerah Srimulyo telah disewa investor. Sebanyak 40 hektare lainnya sudah dimasuki investor sejak awal 2000-an.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif