Soloraya
Jumat, 18 November 2016 - 21:40 WIB

YAQOWIYU KLATEN : Berdesak-Desakan hingga Nyaris Berantem demi Apam

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu gunungan apam dalam acara Yaqowiyu di Jatinom, Klaten, Jumat (18/11/2016). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Yaqowiyu Klaten, ribuan warga berdesak-desak di acara Yaqowiyu demi mendapatkan apam.

Solopos.com, KLATEN — Bakda Salat Jumat (18/11/2016), oro-oro tarwiyah tak jauh dari kompleks makam Ki Ageng Gribig di Klaten sudah dipenuhi manusia.

Advertisement

Tua-muda, wanita-lelaki, remaja-dewasa rela berpanas-panasan di bawah terik matahari. Tujuan mereka hanya satu, berebut apam yang disebar Pengelola Pelestari Peninggalan Ki Ageng Gribig (P3KAG).

Total apam yang disebar dalam tradisi sebaran apam siang itu mencapai lima ton. Tak berselang lama, dua pasang gunungan berisi apam diarak dari Masjid Besar ke kompleks Sendang Plampeyan.

Advertisement

Total apam yang disebar dalam tradisi sebaran apam siang itu mencapai lima ton. Tak berselang lama, dua pasang gunungan berisi apam diarak dari Masjid Besar ke kompleks Sendang Plampeyan.

Dua pasang gunungan itu dikawal prajurit dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan diiringi hadrah Mahbaba asuhan Farid dari Batur Kecamatan Ceper. Semula, dua gunungan apam itu ditaruh di panggung kehormatan.

Sebelum apam-apam itu disebar, panitia penyelenggara Yaqowiyu memberikan imbauan terhadap ribuan pengunjung agar menjauhi syirik dan mewaspadai aksi pencopetan.

Advertisement

Ribuan warga menunggu sebaran apam di puncak Yaqowiyu di Jatinom, Klaten, Jumat (18/11/2016). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Di antara pengunjung, ada yang membawa jaring, sarung, payung, dan tangan kosong untuk bersiap merebut apam yang akan disebarkan. “Ayo, apeme endi [apamnya mana]?” teriak beberapa warga yang sudah bersiap berebut apam.

Suasana di oro-oro tarwiyah langsung berubah riuh saat Bupati Klaten Sri Hartini dan beberapa panitia penyelenggara menyebar duit pecahan Rp20.000 dan Rp50.000 di tengah keramaian. Ribuan warga yang tadinya tertib langsung saling berdesak-desakan dan bersenggol-senggolan untuk merebut uang pecahan itu. Padahal saat itu, ribuan apam belum disebar.

Advertisement

Salah satu parogo Ki Ageng Gribig sekaligus Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatinom, Jamaludin, mengingatkan pengunjung bahwa tujuan utama tradisi sebaran apam, yakni bersilaturahmi, bersedekah, dan berdoa kepada Allah SWT.

“Ampun ngantos [jangan sampai] syirik,” kata Jamaludin yang juga menjadi imam dan katib saat salat Jumat di Masjid Besar Jatinom.

Tepat pukul 12.45 WIB, ribuan apam berukuran segenggaman tangan dewasa itu disebar di tengah kerumunan ribuan pengunjung. Gunungan apam di panggung kehormatan langsung ludes dalam sekejap.

Advertisement

Tak seberapa lama, pandangan ribuan pengunjung dialihkan ke dua menara yang berada di tengah oro-oro tarwiyah. Di dua menara itu sudah ada anggota P3KAG yang juga siap menyebarkan apam dari ketinggian kurang lebih lima meter.

Ribuan pengunjung seolah tak merasakan lagi teriknya matahari. Di antara mereka ada yang terjatuh, berdesak-desakan, dan terkena lemparan sandal dari pengunjung lainnya.

Selama berebut apam, ada juga dua pemuda yang nyaris adu pukul di tengah kerumunan massa. Beruntung hal itu diredam panitia penyelenggara. Beberapa pengunjung juga terlihat pingsan gara-gara dehidrasi.

“Pas di tengah kerumunan sangat sulit bergerak, untungnya saya bisa merebut empat apam. Nantinya, apam ini saya makan saat di rumah. Bagi saya, tak masalah berdesak-desakan asal bisa membawa pulang apam ke rumah,” kata salah satu pengunjung, Tiger, 17, warga Pandeyan, Jatinom.

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, perayaan Yaqowiyu di Jatinom digelar setiap pertengahan bulan Safar dalam kalender Islam. Puncak perayaan Yaqiwoyu, yakni sebaran apam.

Dari cerita turun-temurun di masyarakat Jatinom dan sekitarnya, tradisi sebaran apam bermula saat Ki Ageng Gribig yang dikenal sebagai ulama di zaman Mataram pulang dari ibadah haji membawa oleh-oleh kue dari Tanah Suci.

Setiba di Jatinom, Ki Ageng Gribig mengaku kehabisan kue sehingga dibuatlah apam untuk santri-santrinya. “Pengamanan Yaqowiyu di Jatinom dilakukan 500 aparat polisi. Kami berkoordinasi dengan aparat TNI dan elemen masyarakat yang lain. Hal yang perlu diwaspadai pengunjung, salah satunya copet,” kata Kapolres Klaten, AKBP M. Darwis.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif