News
Jumat, 18 November 2016 - 08:30 WIB

Rupiah Digoyang Efek Donald Trump, Ini Sikap BI

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi menghitung uang tunai rupiah (Rahmatullah/JIBI/Bisnis)

Kurs rupiah diguncang efek Donald Trump sejak pekan lalu. BI pun memilih berhati-hati.

Solopos.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memilih sikap berhati-hati dalam mengantisipasi dan meredam gejolak eksternal akibat efek dari terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) yang kian memberikan ketidakpastian global.

Advertisement

Otoritas moneter dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 16-17 November 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate pada level 4,75%. Kebijakan bank sentral itu sesuai dengan perkiraan para ekonom yang disurvei Bisnis pada Rabu (16/11/2016).

Suku bunga Deposit Facility juga tetap berada di level 4% dan Lending Facility 5,50%, yang telah berlaku efektif sejak 21 Oktober 2016 lalu. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan rupiah yang sepanjang kuartal III/2016 berjalan stabil harus tergoncang setelah Trump terpilih sebagai Presiden AS.

Sejak awal November 2016 hingga 16 November 2016, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,53% menjadi Rp13.378 per dolar AS akibat meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pascapemilu AS. Agus menilai melemahnya rupiah masih terbatas sementara mata uang negara emerging market mengalami tekanan yang lebih dalam. Secara year to date (ytd), nilai tukar rupiah masih menguat 2,97%.

Advertisement

“Depresiasi karena sentimen, kondisi yang sifatnya sementara sehingga kita ingin meyakini bahwa stabilitas indikator ekonomi dapat terus terjaga sehingga bentuk stabilisasi rupiah akan terus mencerminkan fundamental ekonomi,” katanya, di Jakarta, Kamis (17/11/2016).

Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara menyebutkan gejolak pasar keuangan setelah Trump terpilih telah membuat yield surat utang pemerintah tenor 10 tahun di Negeri Paman Sam itu meningkat signifikan dari 1,7% menjadi 2,2%-2,3% atau naik 50 basis poin.

Kenaikan surat utang pemerintah AS itu berpotensi untuk memindahkan investasi kembali ke AS. Pada Jumat (11/11/2016), rupiah dibuka pada kisaran level Rp13.500 per dolar AS, padahal rupiah ditutup pada Kamis (10/11) Rp13.100-Rp13.200 per dolar AS.

Advertisement

“BI di pasar untuk menjaga rupiah agar tidak keluar dari nilai fundamentalnya kemudian market mulai tenang, Jumat [11/11/2016] ditutup pada level Rp13.250an per dolar AS. Senin jauh lebih mereda, Selasa juga, sehingga kehadiran BI sudah tidak diperlukan,” ucapnya.

Dia menilai hingga awal Januari 2017 merupakan periode yang mana pasar akan lebih mencermati kondisi setelah kemenangan Trump, termasuk susunan kabinet yang akan disusun. Selain itu, pasar juga masih menunggu kebijakan dari bank sentral AS. Namun sejauh ini, Bank sentral memperkirakan The Fed berpotensi menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.

Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Akbar Suwardi mengatakan kebijakan otoritas moneter pada RDG November 2016 memberikan sinyal ke pasar bahwa bank sentral siap mengantisipasi syok global dan meredamnya kendati dalam jangka pendek.

Di sisi lain, fundamental ekonomi domestik masih cenderung membaik terlihat dari defisit anggaran, tingkat inflasi, cadangan devisa, dan indikator kesehatan perbankan lainnya. Dia berpendapat kurs rupiah terhadap dolar AS berkisar Rp13.300 atau berada di atas fundamentalnya. Tekanan global semakin meningkat akibat ketidakpastian dari efek Trump dan potensi kenaikan Fed Fund Rate di akhir tahun.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif