Jateng
Kamis, 17 November 2016 - 13:50 WIB

BENCANA SEMARANG : BPBD Catat Sudah 38 Kali Tanah Longsor Timpa Kota Semarang

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kawasan rawan longsor di Semarang. (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Bencana alam tanah longsor sudah 38 kali menimpa Kota Semarang hingga November 2016 saja.

Semarangpos.com, SEMARANG — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), mencatat hingga November 2016 ini saja sudah 38 kali bencana alam tanah longsor melanda di wilayah ini. “Sudah terjadi 38 kali bencana longsor. Yang cukup parah, di Perumahan Bukit Sari yang menelan dua korban jiwa,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Kota Semarang Iwan Budi Setiawan di Semarang, Rabu (16/11/2016).

Advertisement

Hal itu diungkapkan Budi Setiawan di sela-sela kedatangan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi ke lokasi tanah longsor di wilayah RT 002/RW 003, Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang. Hujan yang mengguyur deras di Kota Semarang, Selasa (15/11/2016), membuat beberapa lokasi di Kota Semarang mengalami tanah longsor, salah satunya mrenimpa rumah milik Suratmo di RT 001/RW 003, Lempongsari, Semarang.

Iwan mengklaim langkah preventif sejatinya sudah dilakukan untuk penanggulangan bencana alam, termasuk tanah longsor itu, yakni dengan memetakan titik-titik yang rawan tanah longsor. “Wilayah yang rawan longsor, khususnya jika diambil garis tengah, mulai Wonosari, Tambakaji, Gisikdrono, Kembangarum, Simongan, Bongsari, Petompon, Randusari, Lempongsari, hingga Candi,” katanya.

Untuk daerah yang sudah tertimpa tanah longsor, kata dia, area-area yang rawan dipasangi terpal demi keamanan warga. Masyarakat pun diimbau untuk bersedia dievakuasi ke tempat yang lebih aman guna mengantisipasi bencana susulan. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi pun meminta daerah-daerah yang berpotensi terjadi bencana alam selama musim hujan kali ini untuk terus dipantau, mulai tanah longsor, banjir, ataupun rob alias limpasan air laut ke daratan.

Advertisement

“Kami terus melakukan pemetaan wilayah yang berpotensi banjir, rob, dan tanah longsor, terutama saat musim hujan seperti sekarang ini. Semua pihak kami minta waspada dan berhati-hati,” kata wali kota.

Semarang, kata Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi, memang memiliki kontur lahan yang unik, yakni perbukitan, dataran rendah, dan laut dengan lokasi permukiman yang relatif menyebar. “Dengan kondisi ini, lokasi permukiman yang ada di perbukitan, misalnya, akan rawan longsor. Makanya, kami terus meminta masyarakat terus waspada dan berhati-hati terhadap bencana alam,” katanya.

Ia juga meminta seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD), termasuk camat, lurah, hingga pengurus RW dan RT, serta tokoh masyarakat untuk menginformasikan kepada masyarakat terkait kesiapsiagaan. “Kami terus berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait, seperti BPPD dan Dinas PSDA-ESDM, para pemangku wilayah, seperti lurah dan camat untuk menginformasikan jika terjadi bencana alam,” katanya.

Advertisement

Setiap informasi terkait potensi bencana—termasuk tanah longsor, kata Hendi, langsung direspons secara cepat oleh dinas terkait dan ditindaklanjuti, seperti membantu korban bencana dan membersihkan lokasi bencana, dan antisipasinya. “Kami juga akan berkoordinasi dengan polsek atau koramil untuk terjun membantu membersihkan puing-puing atau kerja bakti. Kami bantu korban bencana untuk memperbaiki kembali rumah mereka,” pungkas Hendrar Prihadi.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif