Soloraya
Rabu, 16 November 2016 - 22:40 WIB

KISAH TRAGIS : Warung Kena Proyek Parapet, Kini Anak Didiagnosis Hydrocephalus

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rio Rizky Febrian, 9 bulan, dipangku ibunya, Liya Erlin Oktavia, 29, di rumah mereka di RT 003/ RW 001, Kelurahan Pucangsawit, Jebres, Rabu (16/11/2016). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Kisah tragis dialami keluarga pedagang mi ayam di Jurug yang kena gusur proyek parapet.

Solopos.com, SOLO — Dua pekan sudah Turyanto, 36, tak bekerja. Ia harus menemani istrinya, Liya Erlin Oktavia, 29, merawat anak ketiganya, Rio Rizky Febrian, 9 bulan, yang sedang sakit.

Advertisement

Awalnya Rio hanya sakit demam. Beberapa kali Rio diperiksakan ke dokter lalu ke Puskesmas Pucangsawit. Oleh dokter di Puskesmas, Rio didiagnosis mengidap pneumonia.

“Oleh dokter Puskesmas, saya disarankan membuat KIS [Kartu Indonesia Sehat] dan dirujuk ke RS Hermina, Jebres. Saya lalu mengurus KIS, sehari jadi. Saya bawa anak saya ke RS Hermina. Rio sakit paru-paru basah. Operasi penyedotan cairan sudah dilakukan. Baru kemarin Rio pulang,” kata Turyanto, saat ditemui Solopos.com di rumahnya di RT 003/ RW 001, Kelurahan Pucangsawit, Jebres, Rabu (16/11/2016).

Advertisement

“Oleh dokter Puskesmas, saya disarankan membuat KIS [Kartu Indonesia Sehat] dan dirujuk ke RS Hermina, Jebres. Saya lalu mengurus KIS, sehari jadi. Saya bawa anak saya ke RS Hermina. Rio sakit paru-paru basah. Operasi penyedotan cairan sudah dilakukan. Baru kemarin Rio pulang,” kata Turyanto, saat ditemui Solopos.com di rumahnya di RT 003/ RW 001, Kelurahan Pucangsawit, Jebres, Rabu (16/11/2016).

Di RS Hermina, Rio didiagnosis menderita hydrocephalus, lingkar kepala Rio terus membesar. Rio harus dirujuk ke RS yang lebih besar.

“Diberi rujukannya besok [Kamis (17/11)]. Kalau enggak ke RS dr. Oen, ya RSUD dr. Moewardi. Di RS Hermina tidak punya alat CT Scan,” kata Turyanto ditemani istrinya.

Advertisement

Diagnosis dokter bahwa Rio menderita hydrocephalus membikin Liya cemas. Sudah dua pekan Turyanto yang sehari-hari menjadi buruh tukang besi tak bekerja.

Turyanto harus bergantian dengan istrinya menjaga Rio yang sakit. Dari kerja menjadi buruh tukang besi, Turyanto mendapatkan Rp60.000 per hari. Baca juga: Kena Proyek Parapet, Lapak 19 PKL Dikosek

Tak hanya Turyanto, Liya pun kini menganggur lantaran warung miliknya di Jurug terkena proyek pembangunan parapet Sungai Bengawan Solo. Biasanya, ia bisa mendapatkan Rp25.000-Rp50.000 per hari dari berjualan mi ayam.

Advertisement

“Sekarang enggak berjualan. Warung saya terhalang pagar pembangunan parapet,” kata Liya.

Padahal, pasangan suami istri itu harus menghidupi tiga anak. Kakak-kakak Rio, Salsabila Nur Amelia, 7, kini duduk di bangku kelas II SD, dan Alviansyah Dwi Al Faridzy, 5.

Tak hanya itu, rumah mereka yang berukuran 3 m x 4 m itu pun terancam digusur akibat proyek double track PT KAI. Ia selama ini tinggal di tanah milik PT KAI dengan sistem magersari.

Advertisement

“PT KAI belum memberi tahu kapan rumah harus dikosongkan. Dulu, hanya memberikan sosialisasi proyek double track. Saya ditunjukkan gambar desain dan rumah ini terkena [proyek],” kata Turyanto.

Turyanto dan Liya belum berencana kapan dan ke mana akan pindah. Saat ini, keduanya sedang fokus pada si bungsu, Rio, yang sedang sakit. “Cuma ya itu kok semua terjadinya bareng-bareng, brek!” tutur Turyanto.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif