News
Selasa, 15 November 2016 - 09:45 WIB

SOLOPOS HARI INI : Antre Operasi 6 Bulan hingga Penentuan Status Ahok

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Solopos Hari Ini Selasa (15/11/2016)

Solopos hari ini mengabarkan status Ahok sebagai tersangka atau tidak ditentukan dua hari lagi.

Solopos.com, SOLO — Status Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam kasus dugaan penistaan agama akan ditentukan dalam dua hari ke depan.

Advertisement

Selambatnya pada Kamis (17/11/2016), penyelidik Bareskrim Polri memiliki kesimpulan atas gelar perkara yang akan dilakukan Selasa (15/11/2016) ini.

Ada dua kemungkinan dari kesimpulan gelar perkara, yakni kasus Ahok dilanjutkan atau dihentikan.

”Penyidik akan jadikan hasil gelar perkara untuk kesimpulan dalam penyelidikan apakah laporan yang diterima penyidik, ada 11 laporan, layak dinaikkan statusnya jadi penyidikan,” ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Irjen Pol. Boy Rafli Amar, Senin (14/11/2016).

Advertisement

Kabar terkait status Ahok itu menjadi salah satu berita halaman utama Harian Umum Solopos hari ini.

Solopos juga mengabarkan antrean operasi di rumah sakit hingga enam bulan, teror penculikan terbawa dalam mimpi, dan Presiden Jokowi berharap hukuman pelaku teror bom di gereja Samarinda diperberat.

Simak cuplikan kabar Harian Umum Solopos hari ini, Senin:

PELAYANAN KESEHATAN : Antre Operasi hingga 6 Bulan

Advertisement

Bertambahnya jumlah peserta Badan Penyenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan belum diimbangi dengan penambahan fasilitas kesehatan. Masyarakat akhirnya dirugikan karena pelayanan kesehatan tidak optimal.

Di RSUD dr. Moewardi Solo, peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan mengeluh masa tunggu tindakan operasi mencapai tiga bulan hingga enam bulan. Keterbatasan ruang operasi menjadi penyebab utama. Keluhan pasien BPJS Kesehatan tersebut diterima Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo. Rudy mengaku geregetan dengan kondisi itu. Mestinya rumah sakit dalam memberikan pelayanan tidak tebang pilih.

”Nyaris tiap hari saya menerima keluhan dari masyarakat soal itu,” kata Rudy, sapaan akrabnya ketika dijumpai wartawan seusai upacara Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) di Balai Kota, Senin (14/11/2016).

Simak selengkapnya: epaper.solopos.com/

Advertisement

FENOMENA SOSIAL : Teror Penculikan Terbawa dalam Mimpi

Lima kasus dugaan percobaan penculikan di Sragen dan Karanganyar meninggalkan trauma bagi para anak-anak yang nyaris diculik. Beberapa hari belakangan, saat malam datang, Nadira Permata Hati, 10, tidak bisa tidur nyenyak.

Siswi Kelas IV SDN Pantirejo 1, Sukodono, Sragen, itu kerap terbangun pada tengah malam dan mengigau dalam kondisi setengah sadar. Bayangan para penculik masih menghantui alam bawah sadarnya. (baca: Korban Percobaan Penculikan Trauma hingga Kerap Mimpi Buruk)

”Kalau ingat mereka [penculik], sampai sekarang saya masih takut. Saya masih trauma,” kata Nadira kala berbincang dengan Espos di sekolahnya, Senin(14/11/2016).

Advertisement

Simak selengkapnya: epaper.solopos.com/

BOM SAMARINDA : Presiden Berharap Hukuman Diperberat

Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung menyatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengharapkan pelaku pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, dihukum seberat-beratnya.

Aksi itu menyebabkan lima orang menjadi korban, empat di antaranya adalah anak balita. Seorang anak balita Intan Olivia Marbun yang berusia 2,5 tahun meninggal, Senin (14/11/2016) pukul 03.05 Wita, karena luka bakar serius. (baca: Korban Bom Gereja Samarinda Meninggal Dunia)

”Anak ini tentunya sama sekali tidak tahu kenapa harus menanggung akibat itu. Padahal anak ini sedang bermain-main di depan gereja,” kata Pramono seperti dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Senin.

Simak selengkapnya: epaper.solopos.com/

Advertisement

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif