Jogja
Sabtu, 12 November 2016 - 11:20 WIB

WISATA KULONPROGO : Menjaga Kelestarian Petilasan Kiai Daruno dan Ni Daruni

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sebuah gunungan diarak bersama menuju Petilasan Kyai Daruno dan Ni Daruni pada upacara adat suran di Dusun X Beran, Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kulonprogo menyelenggarakan upacara adat suran, Selasa (1/11/2016). (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Wisata Kulonprogo kali ini petilasan Kiai Daruno dan Ni Daruna.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Petilasan Kiai Daruno dan Ni Daruni terletak di Dusun X Beran, Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kulonprogo. Warga sekitar berusaha terus melestarikannya dan rutin menyelenggarakan upacara adat suran di sana setiap tahun.

Advertisement

(Baca Juga : TRADISI KULONPROGO : Suran, Antara Syukur & Mengenang Perjuangan Melawan Belanda)

Kiai Daruno dan Ni Daruni dikenal sebagai pengawal Pangeran Diponegoro yang ikut berjuang melawan penjajahan Belanda pada tahun 1825 hingga 1830 lalu. Suatu hari, para pendukung Pangeran Diponegoro berpencar ke berbagai wilayah yang dianggap sulit dijangkau pasukan Belanda. “Ketika dikejar Belanda, mereka sembunyi di dusun ini,” kata Prawoto Wiyono, tokoh masyarakat Dusun X Beran, Selasa (1/11/2016) pekan lalu.

Prawoto mengungkapkan, tempat yang sekarang merupakan Dusun X Beran dianggap aman untuk menyimpan benda pusaka. Saat itu tanah sekitar diketahui dalam kondisi gembur karena berada di wilayah rawa-rawa. Kiai Daruno dan Ni Daruni kemudian menyimpan benda pusaka berupa tombak beserta landeannya dengan cara ditimbun lumpur dan rumput.

Advertisement

Tempat penyimpanan benda pusaka saat ini dijadikan sebuah petilasan. Sebuah pohon asam tumbuh besar di tengah petilasan tersebut. Prawoto mengatakan, petilasan itu digunakan untuk mengenang sejarah dan mengingat perjuangan pahlawan pada masa penjajahan, khususnya Kiai Daruno dan Ni Daruni.

Warga Dusun X Beran juga rutin menyelenggarakan upacara adat suran di Petilasan Kiai Daruno dan Ni Daruni setiap tahun. Prawoto menjelaskan, kegiatan itu merupakan wujud syukur warga atas segala berkah dari Tuhan. Mereka berharap bisa terus menikmati kemakmuran itu dan terhindar dari musibah. Tradisi itu juga dipertahankan untuk mempererat silaturahmi antarwarga. Prawoto menambahkan, upacara adat suran juga menjadi ajang mengenang jasa Kiai Daruno dan Ni Daruni.

Kepala Bidang Warisan Budaya, Adat, dan Tradisi Dinas Kebudayaan Kulonprogo, Singgih Hapsoro mengapresiasi komitmen warga Bugel dalam menjaga kelestarian upacara adat suran. Selain mendekatkan diri kepada Tuhan melalui doa-doa yang dipanjatkan bersama, warga juga diajak untuk tetap menjunjung tinggi budaya gotong royong dan kebersamaan. “Petilasan yang merupakan peninggalan leluhur ini juga harus dijaga kelestarian,” ungkap dia kemudian.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif