Teknologi
Sabtu, 12 November 2016 - 21:30 WIB

TAHUKAH ANDA? : Wayang Ada di Indonesia Jauh Sebelum Agama Hindu Masuk

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Wayang (Wayangan.com)

Catatan sejarah terkait lahirnya kesenian wayang yang merupakan warisan budaya asli dari Indoneisa.

Solopos.com, SOLO – Wayang merupakan kesenian asli dari Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa), UNESCO (United Nations Educational Cultural Organization), telah menetapkan wayang dalam representative list of the intangable cultural heritage of humanity atau daftar warisan pusaka dunia pada 7 November 2003. Sejak saat itulah, tanggal 7 November diperingati sebagai hari wayang dunia.

Advertisement

Sebenarnya, pertunjukan wayang bukan hanya ada di Indonesia. Beberapa negara lain pun memiliki pertunjukan boneka yang serupa dengan wayang. Namun, wayang Indonesia dinilai memiliki ciri khas tersendiri dibanding kesenian boneka lainnya. Lantas, bagaimana sejarah munculnya wayang di Indonesia?

Dihimpun Solopos.com, dari Britannica.com, Rabu (9/11/2016), wayang berasal dari bahasa Jawa yang berarti bayangan. Hal itu disebabkan karena pertunjukan wayang klasik ditonton dari bayangan wayang yang dimainkan oleh seorang dalang.

Ada pula yang menyebut kata wayang berasal dari kalimat ma hyang, yang berarti jalan menuju yang maha tinggi (roh, dewa, dan Tuhan).

Advertisement

Kesenian wayang biasanya dimainkan oleh seorang dalang yang menjadi narator diiringi dengan alunan musik gamelan, serta tembang yang dinyanyikan oleh para sinden. Menurut beberapa sumber sejarah, kesenian wayang yang mucul pertama kali adalah wayang kulit, pada abad ke-10.

Sampai saat ini, budaya wayang terus berkembang. Bukan hanya sebagai sarana hiburan, wayang juga dimanfaatkan sebagai sarana dakwah, pendidikan, dan pemahaman filsafat.

Sejarah

Dirangkum dari Javaisbeautiful.com, dalam sebuah desertasi berjudul Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel (1897) di Leiden, Belanda, GA.J. Hazeau menuliskan wayang adalah budaya jawa. Ia menulis jenis wayang pertama kali dibuat dengan cara linuklir walulang atau diukir dari kulit, yang saat ini kita kenal sebagai wayang kulit.

Advertisement

Ada dua pendapat yang menerangkan tentang sejarah wayang. Pendapat pertama menyatakan bahwa wayang lahir di Jawa, khususnya daerah Jawa Timur. Para ahli yang menyatakan pendapat ini yaitu, Hazeau, Brandels, Kats, Tentse dan Kruyt.

Mereka beranggapan seni wayang sangat erat kaitannya dengan kondisi sosial, budaya, serta agama orang Jawa. Mereka menyebut tokoh Punakawan, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong berasal dari Jawa, dan hanya ada di cerita wayang Indonesia.

Sedangkan pendapat kedua, dari Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings dan Rassers, menyatakan kesenian wayang datang dari India. Kesenian wayang berkembang di Indonesia lantaran dibawa oleh para pedagang dari India yang beragama Hindu. Namun, sejak tahun 1950-an, berbagai literatur menegaskan bahwa wayang merupakan budaya asli masyarakat Jawa.

Kendati banyak perbedaan pendapat di antara para cendekiawan dan budayawan terkait sejarah wayang, mereka semua bersepakat bahwa wayang adalah budaya asli Indoneisa.

Advertisement

Menurut Sri Mulyono, dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), wayang sudah ada sejak zaman Neolitikum, 1500 SM, jauh sebelum agama dan budaya asing masuk ke Indonesia.

Pendapat itu disandarkan pada tulisan Robert von Heine-Geldern pada Prehistoric in the Netherland Indie (1945), dan tulisan K.A.H Hidding di Ensiklopedia Indonesia.

Baca Selanjutnya.. Masa Raja Airlangga

Advertisement

Budaya Asli Indonesia

Kesenian wayang diperkirakan lahir pada masa Raja Airlangga, dari Kerajaan Kahuripan (976-1012), yang terletak di Jawa Timur. Hal itu ditunjukkan dengan sebuah prasasti yang ditemukan pada masa pemerintahan Raja Airlangga.

Awalnya, wayang merupakan suatu bagian dari ruwatan, yakni  upacara menyembah Sang Hyang (Tuhan), yang biasa dilakukan saat musim panen, maupun awal musim tanam. Upacara itu dilakukan dengan harapan agar terhindar dari segala musibah.

Kesenian wayang mulai berkembang saat agama Hindu masuk ke Indonesia. Di awal abad ke-10, cerita Ramayana Kakawin ditulis pada masa Raja Dyah Balitung (989-910) dari Kerajaan Mataram Kuno. Cerita itu diadaptasi dari kisah Ramayana karya Walmiki dari India.

Para penyair Jawa lantas menulis kembali kisah tersebut dengan sisipan falsafah Jawa, seperti kisah Arjuna Wiwaha Kakawin yang ditulis Empu Kanwa, dan Bharatayudha Kakawin yang ditulis Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya-karya mereka itun ditulis pada periode Raja Jayabaya, dari Kerajaan Kediri (1130-1160).

Pada masa Kerajaan Majapahit (1293-1500), wayang mulai berkembang dengan kisah lain di luar Ramayana dan Mahabharata. Selanjutnya, pada wal abad ke-15, agama Islam yang mulai masuk dan berkembang ke Indonesia berpengaruh besar terhadap kesenian wayang .

Advertisement

Pada periode Kerajaan Demak, cerita Ramayana dan Mahabharata semakin jauh dari cerita aslinya. Para Walisongo memakai wayang sebagai sarana menyampaikan ajaran Islam.

Para Wali itu menyisipkan berbagai nilai ketuhanan, serta memasukkan tokoh nabi dalam setiap certita wayang yang disampaikannya. Mereka juga mengkarakterisasi raja-raja Majapahit, seperti kisah Panji dan Dhamarwulan dalam cerita wayang.

Sampai saat ini, cerita wayang di Indonesia mengalami berbagai perkembangan. Salah satu dalang yang kerap mengembangkan cerita wayang adalah Sujiwo Tejo.

Dalam buku yang berjudul Rahvayana, ia menggambarkan karakter Rahwana, si raksasa jahat dengan karakter yang baik.  Meski merupakan salah satu warisan budaya asli Indonesia, namun ketertarikan generasi muda terhadap wayang dinilai masih sangat rendah.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif