Jogja
Kamis, 10 November 2016 - 22:20 WIB

TUBERKULOSIS : 8.900 Pasien Indonesia Kebal Obat, Lalu?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi TBC di Boyolali (Google/ medicastore.com)

Tuberkulosis, jumlah pasien alami peningkatan.

Harianjogja.com, JOGJA — Dari data Kementerian Kesehatan menunjukkan diketahui 8.900 pasien Tuberkulosis (TB) setiap tahunnya di Indonesia dinyatakan kebal obat.

Advertisement

“Data Kemenkes 2011 memperkirakan jumlah kasus baru TB-MDR Indonesia sekitar 8.900 orang setiap tahunnya atau sekitar dua persen kasus TB baru,” kata Direktur Penunjang RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta, Lia Gardenia Partakusuma dalam keterangan tertulis saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM), seperti dikutip dari rilis yang Harianjogja.com, terima, Rabu (9/11/2016).

Sementara data WHO 2013 menyebutkan, terdapat 480 kasus baru penderita tuberkulosis yang kebal terhadap obat.

Ia mengatakan, kasus Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB-MDR) menjadi persoalan kesehatan serius di tingkat dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Advertisement

“Indonesia merupakan negara dengan beban TB di urutan ke-8 dunia dari 27 negara yang memiliki beban tinggi untuk TB-MDR,” kata dia.

Terkait masalah ini, upaya penanggulangan dan pencegahan TB serta pengembangan kebijakan dan sistem yang sangat diperlukan untuk mencapai eliminasi TB pada 2035.

Sementara dalam mendiagnosis TB, baik di Indonesia dan sebagian besar negara dunia masih menggunakan cara konvensional. Misalnya, BTA dan kultur padat yang memerlukan waktu relatif lama dan sensitifitas yang rendah di bawah 50 persen, imbuh dia.

Advertisement

“Hasil kultur padat yang minimal memakan waktu lebih dari dua pekan menyebabkan jumlah kuman dalam tubuh berkembang biak lebih banyak,” tuturnya.

Lia menjelaskan, sejak 1993 metode tersebut sudah banyak dimanfaatkan dalam berbagai penelitian dalam penelusuran penularan TB. Metode ini dapat mengurangi kesulitan teknik dan memperpendek waktu pengerjaan.

“Kendati begitu, survelians TB di Indonesia menggunakan cara biomolekular masih belum dilakukan dalam program penanggulangan TB nasional,” papar Lia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif