Soloraya
Selasa, 8 November 2016 - 23:40 WIB

PERTANIAN SRAGEN : Begini Perjuangan Petani Cabai Tangkal Jamur Patek

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wiji, 45, menunjukkan sejumlah cabai yang terserang jamur patek di lahan yang disewanya di kawasan Kalitengah, Sragen, Selasa (8/11/2016). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Pertanian Sragen, para petani cabai di Sragen harus berjuang keras mengatasi serangan jamur patek.

Solopos.com, SRAGEN — Pertengahan 2016 lalu, tanda-tanda datangnya musim kemarau sudah tampak. Tanpa pikir panjang, Wiji, 45, menyetujui permintaan suaminya menyewa lahan setengah patok seluas sekitar 1.755 meter persegi di kawasan Kalitengah, Sragen.

Advertisement

Lahan itu disewa seharga Rp10 juta/tahun. Dengan optimisme tinggi, Wiji mulai menanami lahan itu dengan bibit bawang merah.

Warga Dusun Grompolan, Desa Tangkil, Sragen, itu merawat sendiri tanaman bawang itu. Namun, harapan memanen bawang itu pudar karena intensitas hujan yang tinggi.

Advertisement

Warga Dusun Grompolan, Desa Tangkil, Sragen, itu merawat sendiri tanaman bawang itu. Namun, harapan memanen bawang itu pudar karena intensitas hujan yang tinggi.

”Bisa dibilang, saya gagal panen karena bawang yang dihasilkan jauh dari harapan. Ada virus yang menyerang tanaman karena pengaruh curah hujan yang tinggi,” kenang Wiji saat ditemui Solopos.com di ladangnya, Selasa (8/11/2016).

Meski gagal panen, Wiji tidak patah semangat. Dia kemudian beralih menanam cabai. Saat sebagian besar petani tidak berani menanam cabai karena khawatir gagal panen, Wiji malah sebaliknya.

Advertisement

Ilmu titen biasa menjadi pegangan Wiji saat bercocok tanam. Jika diperhatikan, serangan jamur patek muncul sehari setelah tanaman diguyur gerimis di siang hari.

Hujan gerimis justru lebih membahayakan daripada hujan lebat bagi petani seperti Wiji. ”Kalau siang ini gerimis, jamur patek pasti muncul esok hari. Serangan jamur patek itu menyerang tanpa pandang bulu. Buah cabai kecil hingga yang besar bisa kering dan keriput dibuatnya. Jika sudah terkena jamur itu, cabai akan cepat mengering. Jamur patek itu juga bisa menular ke cabai lain,” ujarnya.

Serangan hama patek menuntut kesabaran tinggi. Cabai yang sudah terserang patek harus segera dipetik supaya tidak menular ke cabai lain. Mau tidak mau, Wiji harus mengamati satu per satu tanaman cabai di lahan seluas setengah patok itu.

Advertisement

Untuk urusan ini, dia tidak berani memercayakan kepada buruh tani. “Pernah saya memercayakan pada buruh tani, tapi dia kurang jeli. Masih ada cabai yang terkena jamur patek, tapi tidak dipetik sehingga jamur itu menular ke buah lain. Kalau sudah seperti itu, bukannya untung, malah rugi,” kenang dia.

Dalam sehari, Wiji bisa mendapatkan cabai yang sudah terserang jamur patek sebanyak 1-2 kantong plastik ukuran sedang. Jamur itu biasa dikeringkan di rumah lalu dijual dengan harga yang relatif murah.

”Harga jual cabai kering yang sudah diserang patek ini hanya Rp5.000/kg. Biasanya cabai kering ini digunakan untuk campuran sayuran. Rasanya pedas, tapi sedikit pahit. Bagi lidah orang Jawa, kalau sudah makan, rasa pahit biasanya terabaikan,” celoteh Wiji.

Advertisement

Wiji mengatakan harga cabai merah keriting yang ia jual ke pengepul saat ini Rp56.000/kg. Ketika sampai ke tangan konsumen, harganya bisa mencapai Rp60.000/kg.

Bagi Wiji, harga jual cabai merah keriting itu terbilang fantastis. Namun, dia mengakui diperlukan usaha keras untuk menangkal serangan jamur patek itu.

Tidak sekadar mengorbankan tenaga, dia juga harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli obat pembasmi jamur itu. ”Setiap dua hari sekali, cabai itu harus disemprot pakai obat. Sekali semprot bisa menghabiskan biaya Rp300.000. Walau harga jual cabai tinggi, biaya produksinya juga tinggi. Jadinya sama saja.”

Sudjiman, 50, petani asal Tanon, mengaku sengaja tidak menanam cabai karena khawatir gagal panen. Dia sudah memprediksi hama jamur patek akan merebak jika dia nekat menanam cabai.

”Saya belajar dari pengalaman saja. Kalau intensitas hujan tinggi, lebih baik tidak menanam cabai dulu. Sekarang saya mencoba menanam melon,” terang dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif