News
Rabu, 2 November 2016 - 11:58 WIB

Sebut Intelijen Ngawur, SBY "Ajari" Jokowi Cara Menghadapi Demo 4 November

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden keenam Indonesia yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama istrinya, Ani Yudhoyono, berjalan menuju peristirahatan mereka di Hotel Kayu Arum, Kota Salatiga, Senin (14/3/2016). SBY hadir ke Salatiga untuk menjalani rangkaian acara SBY Tour de Java. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com/dok)

SBY menyebut tuduhan bahwa parpol di balik demo 4 November sebagai laporan ngawur. SBY pun “mengajari” Jokowi bagaimana menghadapi demo.

Solopos.com, BOGOR — Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), angkat bicara tentang demo 4 November 2016 yang kini menjadi isu panas di kalangan elite Jakarta. Dia bereaksi keras atas tuduhan berdasarkan laporan intelijen yang mencurigai kubu politik tertentu di balik demo besar itu.

Advertisement

SBY mengkritik tuduhan yang menurutnya sebagai laporan intelijen yang error atau ngawur. Dia mengaku menyampaikan hal itu karena sudah mengonfirmasi laporan intelijen tersebut saat bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan Menkopolhukam Wiranto.

“Kemarin saya ketemu Wapres Jusuf Kalla dan Menkopolhukam Wiranto dan banyak lagi saya pantau pertemuan politik dan statement para tokoh poltik itu. Saya memnandang semua baik, niatnya baik, dan jangan kalau ada pertemuan politik mereka yang ada di luar kekuasaan, lantas dicurigai. Intelijen harus akurat. Jangan berkembang menjadi intelijen yang ngawur dan main tuduh,” kata SBY di awal konferensi persnya di Cikeas, Bogor, yang ditayangkan Kompas TV dan TV One, Selasa (2/11/2016).

Laporan inteljen seperti itu dinilainya sebagai intelijen error yang seharusnya tidak muncul di Indonesia. Menurutnya, pemerintah tak perlu begitu reaktif menghadapi rencana aksi demo besar di Jakarta. Dia pun “mengajari” pemerintahan Presiden Jokowi bagaimana menghadapi unjuk rasa.

Advertisement

“Tapi harus diingat bagi siapapun, unjuk rasa bukan kejahatan politik,” katanya hingga dua kali. “Unjuk rasa bagian dari demokrasi, tetap asal tidak anarkis. 10 tahun saya jadi presidenm, sebagian dari Anda mengikuti, bahkan menyiarkan sepanjang 10 tahun unjuk rasa ada terus. Mulai dari yang kecil, menengah maupun yang besar. Setiap unjuk rasa apalagi di depan Istana, selalu saya utus staf saya apa tuntutannya, barangkali bsia kita jadikan umpan balik, mengatasi kebijakan tingkat nasional,” kata dia.

SBY mengaku tak pernah alergi dengan aksi unjuk rasa selama 10 tahun masa pemerintahannya. Sambil menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang dicapainya, dia mengatakan tetap bisa bekerja meskipun sering didemo.

“Saya tidak alergi unjuk rasa, 10 tahun saya pimpin tidak pernah sepi dari unjuk rasa, pemerintah kami tidak jatuh. Ekonomi tetap tumbuh, saya masih bisa bekerja, siapa bilang tidak bisa kerja. Kalau tidak bisa kerja, bagaimana ekonomi tumbuh?”

Advertisement

SBY menyatakan kegeramannya jika muncul tuduhan bahwa orang besar atau parpol yang mendanai aksi demo tertentu. Terkait demo 4 November, dia menyebut tuduhan seperti itu sebagai fitnah meskipun bersumber dari laporan intelijen.

“Kedua, menghina. Rakyat bukan kelompok bayaran. Urusan hati nurani tidak ada yang bisa memengaruhi, uang tidak ada gunanya, apalagi urusan akidah. Banyak dari mereka yang mengirbankan jiwa demi akidah, memfitnah orang yang diolaporkan itu, parpol yang dilaporkan dan analisis intelijen, sekaligus menghina.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif