Jogja
Senin, 31 Oktober 2016 - 08:49 WIB

BUNUH DIRI GUNUNGKIDUL : Khawatir Anak Pakai Motor, Ibu Gantung Diri

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gantung diri (Dok/JIBI/Solopos)

Korban diduga khawatir anaknya mengalami kecelakaan.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Seorang ibu di Dusun Sambirejo, Watusigar, Ngawen, Gunungkidul nekat menghabisi nyawanya dengan cara menggantung diri, hanya karena khawatir anaknya mengendarai sepeda motor.

Advertisement

Kejadian gantung diri dilakukan oleh Murjini, 58 warga RT 4 Dusun Sambirejo. Murjini ditemukan tewas tergantung di emperan kandang sapi di dekat rumahnya, Minggu (30/10/2016) dini hari. “Dia ditemukan keluarganya sudah tewas gantung diri sekitar pukul empat,” ungkap Kepala Polsek Ngawen Ajun Komisaris Polisi (AKP) Tri Wibowo, Minggu.

Jasad Murjini kali pertama ditemukan suaminya Wagiman, 59. Ia mencari keberadaan isterinya lantaaran tidak ada di tempat tidur. Menurut Tri Wibowo, kematian Murjini diduga karena korban dilanda kekhawatiran berlebih atas anaknya yang masih duduk di bangku SMP.

Pasalnya kata dia, anaknya tersebut kini mulai mengendarai sepeda motor. Korban diduga khawatir anaknya mengalami kecelakaan. Dugaan kuat kematian Murjini karena khawatir terhadap anaknya diketahui polisi dari keluarga korban. Sebelum meninggal kata Tri, Murjini mengeluhkan kekhawatirannya terhadap anaknya tersebut. “Nama anaknya saya tidak tahu persis. Memang dugaannya tewas karena dia khawatir anaknya naik motor. Sebelum meninggal dia membicarakan itu,” tutur dia.

Advertisement

Polisi dan petugas medis telah memeriksa jasad Murjini, dari hasil visum tidak ditemukan indikasi kriminal dalam kematiannya. Menurut Tri kematian Murjini merupakan kali keempat kasus gantung diri di Ngawen sepanjang tahun ini. Kematian akibat gantung diri menurutnya cenderung meningkat di Ngawen. Dari sisi dugaan motif gantung diri juga semakin tidak masuk akal. “Hanya karena khawatir anak naik motor saja gantung diri. Memang tidak masuk akal,” tutur dia.

Di Gunungkidul, Tri menambahkan, kerap menemukan kasus gantung diri dengan motif yang semakin sulit diterima logika masyarakat umum. “Pernah saya temukan orang gantung diri karena sedih di tinggal anaknya pergi jadi merasa kesepian,” imbuhnya lagi.

Namun alasan ekonomi atau sakit menahun selama ini menjadi motif paling umum ditemukan dalam kasus gantung diri. Selama ini lanjutnya, tidak kurang cara petugas menekan kejadian gantung diri. Di berbagai pertemuan dengan masyarakat, kerap disampaikan pesan-pesan agar warga tidak mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya meski menghadapi beratnya persoalan hidup.

Advertisement

“Bahkan, kami itu ada program menyambangi rumah warga kalau ada indikasi mau bunuh diri. Misalnya kami mendatangi rumah orang yang sakit menahun atau susah secara ekonomi supaya kasus seperti ini tidak terjadi,” paparnya.

Kasus gantung diri di Ngawen merupakan kali kesekian terjadi sepanjang bulan ini. Beberapa waktu lalu di Ponjong, seorang anak SMA nekat gantung diri di depan rumahnya menggunakan kain sprei. Namun ia gagal tewas karena diselematkan oleh tetangganya. “Kalau motifnya apa gantung diri polisi belum mengetahui karena keluarga korban sangat tertutup,” kata Kepala Polsek Ponjong Komisaris Polisi (Kompol) Saman beberapa waktu lalu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif