Soloraya
Kamis, 27 Oktober 2016 - 14:40 WIB

HARI PANGAN SEDUNIA : Setelah Menara Jagung, Jeruk Raksasa Juga Hiasi Kebun Pemkab Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat lokasi display varietas jeruk Nusantara di areal lahan kering di Komplek Pemkab Boyolali, Kamis (27/10). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Hari Pangan Sedunia, jeruk raksasa terbuat dari 500 kilogram jeruk hiasi kebun Pemkab Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI — Belum lama ini, masyarakat dibuat kagum dengan menara jagung di tengah areal lahan kering seluas 15 hektare di Kompleks Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali.

Advertisement

Kini di tempat gelar teknologi budidaya beragam jenis tanaman itu juga ada jeruk raksasa terbuat dari 500 kilogram jeruk manis pacitan dan menjadi daya tarik baru bagi masyarakat Boyolali.

“Satu kilogram jeruk manis pacitan itu biasanya berisi 6-8 buah jeruk. Kalau 500 kilogram kira-kira ada 3.000 buah hingga 4.000 buah jeruk,” kata Kepala Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Balitbang, Joko Susilo Utomo, saat ditemui Solopos.com di lokasi display tanaman jeruk, Kamis (27/10/2016).

Di lokasi yang sama, Balitbang juga mendisplay 13 varietas jeruk nusantara yang merupakan varietas asli Indonesia. Sebut saja jeruk siam pontianak, jeruk keprok batu 55, keprok gayo, keprok kalamondin, keprok manado, dan lain-lain.

Advertisement

Jeruk nusantara memiliki keunggulan mudah beradaptasi sesuai kondisi tempat budidaya. Sebagian unggul ditanam di satu tempat, tapi bisa ditanam juga di tempat lain.

“Jeruk ini sudah ditanam pada areal seluas 51.000 hektare di seluruh Indonesia dengan produktivitas rata-rata 30 ton/hektare. Paling banyak ada di Sumatra Utara dan Banyuwangi. Di Jateng belum ada jeruk nusantara asli kecuali keprok tawangmangu,” kata dia.

Dengan hadir di Boyolali di tengah-tengah Peringatan ke-36 HPS, harapannya petani di Jateng tertarik membudidayakan jeruk nusantara.  Jeruk ini mampu bersaing dengan jeruk impor yang selama ini membanjiri pasar dalam negeri.

Advertisement

Menurut Joko, Indonesia masih butuh areal jeruk seluas 8.000 hektare untuk tidak bergantung pada jeruk impor. Sayangnya, untuk konsumsi jeruk di Indonesia terhitung masih rendah.

“Jadi kalau meningkatkan konsumsi jeruk, suplai jeruk juga harus ditambah. Padahal impor jeruk di Indonesia saat ini sudah mencapai 300.000 ton per tahun.”

“Laboratorium” teknologi memajang ratusan jenis tanaman, mulai dari teknologi unggulan tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan, tanaman hortikultura, hingga teknologi tata kelola air, serta saung teknologi yang meliputi venue untuk display produk, klinik agrobisnis, hingga pelatihan.

Selama ini, kawasan tersebut lebih banyak disambangi petugas yang sibuk bekerja baik dari Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) maupun dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang). Mereka mempersiapkan venue itu untuk Peringatan ke-36 Hari Pangan Sedunia, Jumat-Minggu (28-30/10/2016).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif