Soloraya
Rabu, 26 Oktober 2016 - 01:10 WIB

Pengrajin Wonogiri Masih Menyimpan Berton-Ton Bahan Akik

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengrajin batu akik di Desa Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri, Atmo Karijo, menunjukkan batu akik koleksinya, Selasa (25/10/2016). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Seorang pengrajin batu akik di Tirtomoyo, Wonogiri, masih menyimpan berton-ton bahan akik.

Solopos.com, WONOGIRI — Pengrajin batu akik di Tirtomoyo, Wonogiri, masih menyimpan berton-ton cadangan bahan batu akik segala jenis.

Advertisement

Hal itu dilakukan karena mereka meyakini bisnis batu akik tidak akan pernah mati. Bahkan, batu akik dinilai bisa menjadi investasi yang sangat menjanjikan karena harganya diyakini akan kian melambung.

Pengrajin batu akik asal Desa Dlepih, Tirtomoyo, Hartono, saat ditemui Solopos.com di desanya, Selasa (25/10/2016), mengatakan bisnis batu akik sama halnya bisnis batu mulia lainnya.

Advertisement

Pengrajin batu akik asal Desa Dlepih, Tirtomoyo, Hartono, saat ditemui Solopos.com di desanya, Selasa (25/10/2016), mengatakan bisnis batu akik sama halnya bisnis batu mulia lainnya.

Menurut dia, nilai ekonomi batu akik akan semakin tinggi seiring berjalannya waktu. Terlebih, batu akik yang berkualitas super, yakni yang memiliki tingkat kejernihan atau kekristalan mencapai 80 persen hingga 100 persen.

Selain itu, cadangan batu akik semakin terbatas. Para pemburu, yakni kolektor pun kian bergairah mencarinya.

Advertisement

Saat itu pernah dalam sehari usahanya beromzet hingga Rp200 juta. Jika dirata-rata omzet usahanya kala itu mencapai Rp300 juta/bulan.

Namun, Hartono tidak tergiur. Dia memilih menyimpan cadangan bahan batu akiknya, seperti fire opal asli dari Tirtomoyo, giok, bacan, jesper, karnitian, kristal amatis, fosil, dan sebagainya, untuk investasi masa depan.

Hingga sekarang dia juga terus membeli bahan batu akik berkualitas bagus jika ada orang yang menjual kepadanya. Dia menyebut cadangan bahan batu akik miliknya saat ini berton-ton.

Advertisement

Dia meyakini bisnis batu akik di masa akan datang lebih bergairah. Kalau dilihat di permukaan, lanjut dia, usaha batu akik memang tak seperti beberapa waktu lalu.

Saat itu pembeli ramai karena banyak orang yang mengikuti tren. Sebelumnya tidak kenal, tidak suka, menjadi suka. Saat berada di titik jenuh tren menurun, mereka tidak lagi berminat.

“Tetapi, tidak dengan para kolektor. Kolektor sekarang justru makin bergairah memburu akik berkualitas tinggi. Pasar untuk kolektor tetap stabil,” kata Hartono.

Advertisement

Banyak kolektor yang mendatanginya ingin membeli batu akik miliknya. Namun, dia hanya akan menjual akiknya kepada peminat yang benar-benar mengerti soal batu akik. Saat ini usahanya beromzet Rp30 juta-Rp40 juta per bulan.

Pengrajin batu akik lainnya di Tirtomoyo, Atmo Karijo, meyakini hal yang sama. Menurut dia, pasar batu akik akan terus hidup. Seiring berjalannya waktu nilai ekonomi batu akik akan kian tinggi karena jumlahnya terbatas.

Dia mencontohkan fire opal dari pegunungan Tirtomoyo yang beberapa waktu lalu masih banyak, saat ini sulit dicari. Cadangan batu di Tirtomoyo yang masih banyak adalah kecubung, agate, dan lainnya.

Batu-batu itu ada di pegunungan sekitar Khayangan, Desa Dlepih. Atmo meyakini semua batu dari pegunungan Khayangan bertuah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif