Soloraya
Rabu, 26 Oktober 2016 - 16:40 WIB

LONGSOR BOYOLALI : Warga Minta Pemkab Lebih Perhatikan Jalur Selo-Ampel

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga dan sukarelawan membuka akses jalur alternatif Selo-Ampel yang tertutup material longsor, Rabu (26/10/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Longsor Boyolali, jalur Selo-Ampel rawan longsor terutama saat musim penghujan.

Solopos.com, BOYOLALI — Warga di sepanjang jalur alternatif Selo-Ampel, Kecamatan Selo, berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali lebih memerhatikan infrastruktur di kawasan itu guna meminimalkan risiko longsor.

Advertisement

Warga Dukuh Kalitengah, Desa Tarubatang, Jatmiko, mengatakan sepanjang jalur alternatif Selo-Ampel rawan longsor. Meskipun sudah ada perbaikan jalan, tebing-tebing di sepanjang jalan tersebut selalu mengancam warga dan pengguna jalan saat musim penghujan.

“Sudah saatnya infrastruktur tebing di jalur tersebut diperhatikan. Setiap hujan deras pasti ada saja yang longsor,” kata Jatmiko saat ditemui Solopos.com, Rabu (26/10/2016).

Hujan lebat pada Selasa (25/10/2016) sore menyebabkan sedikitnya empat lokasi di jalur alternatif Selo-Ampel tertutup material tanah akibat tebing longsor. Dari empat lokasi longsor itu, ada dua lokasi yang cukup parah yakni di Dukuh Gebyog, Desa Selo, serta di Dukuh Tompak, Desa Tarubatang.

Advertisement

Longsor di jalur Selo-Ampel, Boyolali, Selasa malam, mengakibatkan sebuah mobil pikap terdorong masuk jurang sedalam 50 meter di Dukuh Tompak, Desa Tarubatang. Baca juga: Pikap Terdorong ke Jurang Sedalam 50 Meter, 3 Penumpang Selamat

Pada Rabu (26/10/2016) pagi, ratusan warga dan sukarelawan bekerja sama mengevakuasi pikap tersebut berpelat nomor AD 1786 JW, milik Sukardi, 40, warga Kalitengah, Tarubatang, itu.

Selain mengevakuasi pikap, tim SAR juga berusaha membuka kembali akses jalur Selo-Ampel yang merupakan jalan kabupaten. Proses evakuasi butuh waktu cukup lama karena material longsoran menutup jalan setebal 2 meter.

Advertisement

Menurut perangkat Desa Selo, Riyanto, jika jalur alternatif itu tidak segera dibuka akan menghambat mobilitas warga di sisi utara dan selatan Selo. “Akses Selo ke Ampel terputus. Warga masyarakat yang berdomisili di utara Selo apabila mau ke kecamatan atau ke Pasar Selo harus memutar lewat Cepogo yang jaraknya mencapai 15 km,” papar Riyanto.

Begitu sebaliknya, warga di Dukuh Gebyog dan sekitar Desa Selo yang mau ke Ampel harus menempuh 10 km melalui Cepogo. Camat Selo, Darmono, menyebut seluruh wilayah di Selo rawan longsor.

“Longsor yang cukup besar hanya ada dua lokasi, tapi longsor kecil ada di beberapa tempat,” ujar Darmono.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif