Soloraya
Sabtu, 22 Oktober 2016 - 14:31 WIB

Atraksi Bambu Gila Meriahkan Peringatan Hari Santri di Sukoharjo

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kapolsek Bendosari, AKP Zunaidi (ketiga dari kanan), ikut menahan gerakan bambu gila saat atraksi sesuai upacara Hari Santri di Lapangan Pringgodani, Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (22/10/2016). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Hari Santri Nasional di Sukoharjo diperingati dengan upacara dan sejumlah acara lain setelahnya.

Solopos.com, SUKOHARJO —  Warga Nahdlatul Ulama Sukoharjo mengadakan upacara peringatan Hari Santri Nasional di Lapangan Pringgodani, Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (22/10/2016).

Advertisement

Peringatan Hari Santri baru kali pertama dilaksanakan karena Presiden Joko Widodo baru menetapkannya setahun lalu. Walau baru kali pertama peringatan Hari Santri berlangsung meriah dengan berbagai atraksi dari anggota persilatan Pagar Nusa yang memeragakan keahlian mereka.

Pantauan Solopos.com, atraksi yang ditampilkan di antaranya gerakan dasar persilatan Pagar Nusa, mematahkan dragon besi, pemecahan genting dan beton menggunakan kepala anggota Pagar Nusa. Ada juga atraksi enam anggota Pagar Nusa dilindas sepeda motor dan atraksi bambu gila.

Atraksi bambu gila ini yang menyedot perhatian peserta upacara. Atraksi ini dipimpin sesepuh Pagar Nusa Nurhadi.

Advertisement

Awalnya peserta upacara duduk-duduk di pinggir lapangan tetapi beranjak memusat membentuk sebuah lingkaran di sekitar atraksi begitu enam orang pemegang bambu berjalan tak beraturan.

Enam orang kewalahan menahan gerakan bambu. Selama lima menit, enam orang pertama mencoba menahan tetapi satu demi satu kelelahan dan diganti orang lain.

Kapolsek Bendosari, AKP Zunaidi, tak ketinggalan ikut mencobanya. “Cukup berat walau sudah ditahan sekuat tenaga,” kata dia seusai mencoba ikut menahan bambu bersama sejumlah orang lain.

Advertisement

Upacara Hari Santri dipimpin Ketua Tanfidiyah Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sukoharjo, Nagib Soetarno. Dia mengatakan sarung merupakan identik warga NU sehingga peserta upacara mayoritas mengenakan sarung.

Nagib mengatakan upacara Hari Santri dilaksanakan sederhana sebagai wujud kecintaan kepada NKRI. “Semua santri berkewajiban menjaga keutuhan NKRI karena kemerdekaan RI hasil perjuangan para ulama. Santri juga wajib mengisi kemerdekaan dan mengamalkan Pancasila. Resolusi jihad dari ulama menjadi pedoman para santri dalam membela kedaulatan RI.”

Pada bagian lain, Nagib prihatin dengan moralitas generasi sekarang yang jauh dari upaya mempertahankan NKRI. “Kesenjangan orang kaya dengan orang miskin semakin tampak. Apabila tidak segera diatasi akan mengancam kedaulatan RI. Kesenjangan kaya miskin in bisa merongrong negara,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif