News
Jumat, 21 Oktober 2016 - 20:41 WIB

Penyerang Pos Polantas di Tangerang Sering Chatting dengan ISIS

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pasukan ISIS. (Independent.co.uk)

Penyerang pos polantas di Tangerang disebut sering berhubungan dengan anggota ISIS dengan chatting atau dunia maya.

Solopos.com, TANGERANG — Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan penyerang Pos Polisi Lalu Lintas (Polantas) di Tangerang, Sultan Azianzah, memang dari keluarga Polri. Dua kakaknya adalah polisi yang bertugas di Tangerang. Namun, keluarga menyatakan kalau Sultan sering menghilang dari rumah untuk bermain di warung internet (warnet).

Advertisement

“Beberapa waktu lalu dia ada di sebuah pesantren yang ada di Ciamis. Orang tua dan kakaknya mencari di sana. Setelah ketemu, baru didatangi, eh dia malah lari. Kemudian dikejar, dibawa ke polsek setempat. Namun kemudian setelah dibawa ke rumah, hilang lagi adiknya ini,” ujarnya, Jumat (21/10/2016), dikutip Solopos.com dari Okezone.

Perilaku Sultan Azianzah memang banyak berubah setelah dia kembali dari Ciamis. Menurut Kapolri, hal itu juga sempat menjadi kekhawatiran keluarga. Meski Sultan Azianzah telah meninggal, kepolisian tetap akan menelusuri jejak Sultan Azianzah belajar merakit bom.

“Siapa tersangka SA ini? Dia adalah rekrutan pemilik pesantren di Ciamis yang berinisial FA. Pemilik pesantren ini sudah meninggal dunia awal tahun ini,” katanya. “FA merupakan bagian dari jaringan lama, Aljamaah Islamiah, dia beberapa kali membesuk Abu Bakar Baasir di Nusakambangan,” terang Kapolri.

Advertisement

FA diketahuinya lebih pro terhadap ISIS sehingga kelompok Aljamaah Islamiah terpecah. “Karena ada yang dukung ISIS ada yang konsisten dengan Alqaedah. Alqaedah dan ISIS sendiri terpecah,” tuturnya.

Dia mengatakan, Sultan Azianzah baru direkrut oleh FA selama setahun. Di samping itu, Sultan sering online dengan kelompok ISIS. Tak hanya itu, Sultan sering membuka website-website yang dimiliki ISIS. “Ada tiga orang Indonesia di Syiriah yang sangat berpengaruh pada kelompok di Indonesia, yakni Bahrun Naim, Bahruim Syah dan Abu Jal, mereka terus merekrut dengan pola online,” ujarnya.

Sementara kelompok FA ini sebagian ke ISIS, leading-nya adalah JAD pimpinan Maman Abdurahman, namun sebagian tetap menjadi pengikut Alqaeda. “Ideologi FA mengarah mendukung pada ISIS,” terang Kapolri.

Advertisement

Soal alasan polisi sebagai sasaran serangan, kata Kapolri, karena mereka memang menargetkan polisi. Mereka menganggap polisi adalah yang menegakkan aturan yang membuat mereka tidak bisa bergerak bebas.

“Itu biasanya yang menyerang adalah [dianggap] kelompok kafir harbi. Bagi mereka salah satu target adalah polisi. Nah ini memang dilemma, kasihan memang anggota yang langsung bersentuhan dengan masyarakat,” tuturnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif