Jateng
Jumat, 21 Oktober 2016 - 13:50 WIB

KAMPUS DI SEMARANG : Adakan Kuliah Umum, Udinus Datangkan Dosen dari Australia

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana kuliah umum di kampus Udinus Semarang yang diisi oleh dosen asal UNSW Australia, R Rochayah Machali, Kamis (20/10/2016) pagi. (JIBI/Semarangpos.com/Istimewa-Humas Udinus)

Kampus di Semarang, Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), menampilkan pemateri dosen dari University of New South Wales (UNSW) dalam kuliah umum.

Semarangpos.com, SEMARANG – Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, Kamis (20/10/2016), berkesempatan mengikuti kuliah umum terkait profesi penerjemah dari dosen School of Humanities and Languages University of New South Wales (UNSW) Australia, Dr Rochayah Machali.

Advertisement

Sekitar 50 mahasiswa Semester V Program S1 Sastra Inggris dan Sastra Jepang Udinus Semarang turut dalam kuliah umum di Gedung G Lantai III kampus Udinus Semarang itu. Mereka tertarik mengikuti kuliah umum itu karena menyadari betapa penting dan susahnya menjalani profesi sebagai penerjemah.

Dalam kuliah umum itu, Rochayah menyebutkan jika pekerjaan menyalin bahasa tidak semudah seperti yang dibayangkan. Seorang translator atau interpreter bukan hanya bertugas mengalihbahasakan suatu kosa kata ke dalam bahasa lain, tapi juga harus menguasai kebudayaan, ideologi, dan aturan dari penerbit yang bukunya hendak diterjemahkan.

Ia mencontohkan penerjemahan novel populer Harry Potter. Dalam novel itu, penerbit memberikan aturan khusus kepada penerjemah bahwa ada beberapa frasa maupun kata yang ada di dalam novel yang tidak boleh diterjemahkan ke bahasa lain.

Advertisement

“Hingga saat ini saya juga masih terus belajar karena bahasa itu berkembang, terutama bahasa dialek. Bahasa dialek adalah bahasa yang sangat sulit diterjemahkan,” ujar perempuan yang sudah menekuni bidang alih bahasa lebih dari 20 tahun itu dalam siaran pers yang diterima Semarangpos.com, Jumat (21/10/2016).

Sementara itu salah seorang mahasiswa Udinus Semarang, Agus Sri Giyanti, mengaku terkesan dengan materi yang disampaikan dosen UNSW Australia itu. Dengan mengikuti kuliah umumnya, ia menjadi tahu bahwa menjadi seorang penerjemah bukan hanya dituntut mahir mengartikan bahasa tapi juga menggunakan logika. “Translator harus paham konteks kalimat dan tidak boleh pakai perasaan saat menerjemahkan bahasa,” jelas Agus.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif