Soloraya
Senin, 17 Oktober 2016 - 23:40 WIB

PERTANIAN KLATEN : Tembakau Tak Dibeli Pabrik Rokok, Petani Rugi Ratusan Juta

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani tembakau di Dukuh Mranggisari, Desa Solodiran, Kecamatan Manisrenggo, Klaten, mengeringkan daun tembakau yang sudah dirajang, Senin (17/10/2016). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Pertanian Klaten, petani tembakau di Kabupaten Klaten rugi hingga ratusan juta rupiah.

Solopos.com, KLATEN — Para petani tembakau di Kabupaten Klaten merugi pada musim panen kali ini. Kerugian itu mencapai puluhan ratusan juta rupiah.

Advertisement

Tembakau yang mereka panen tak laku lantaran kualitas tembakau menurun akibat anomali cuaca. Salah satu petani, Sunar, 54, tak menampik saat ini kualitas tembakau menurun.

Kondisi itu terjadi lantaran hujan yang mengguyur selama musim kemarau membuat lahan pertanian mengandung banyak air dan berimbas pada kualitas daun tembakau. “Ibaratnya padi, hasil panen tembakau itu tidak ada isinya alias gabuk,” kata dia saat ditemui wartawan di rumahnya Dukuh Mranggisari, Desa Solodiran, Kecamatan Manisrenggo, Senin (17/10/2016).

Advertisement

Kondisi itu terjadi lantaran hujan yang mengguyur selama musim kemarau membuat lahan pertanian mengandung banyak air dan berimbas pada kualitas daun tembakau. “Ibaratnya padi, hasil panen tembakau itu tidak ada isinya alias gabuk,” kata dia saat ditemui wartawan di rumahnya Dukuh Mranggisari, Desa Solodiran, Kecamatan Manisrenggo, Senin (17/10/2016).

Sunar mengatakan selama ini petani mengandalkan salah satu pabrik rokok yakni PT Gudang Garam untuk penjualan tembakau mereka. Namun, tahun ini pabrik tersebut tak menyerap tembakau dari petani lantaran kualitasnya menurun.

 

Advertisement

Sunar menanam tembakau di lahan seluas 7 hektare (ha) di Manisrenggo, Prambanan, serta Daerah Istimewa Yogyakarta. Lahan-lahan tersebut ia sewa.

Ia sudah memanen tembakau dari lahan seluas 4 ha dan menyimpannya di gudang. Lantaran pabrik tak menyerap tembakau dari petani, Sunar membiarkan tembakau itu tersimpan di gudang supaya tidak semakin merugi.

“Untuk tembakau di 3 ha lahan belum dipetik sementara dibiarkan saja belum tahu mau diapakan,” kata dia.

Advertisement

Sunar menjelaskan untuk 1 ha lahan tembakau total biaya yang dikeluarkan sekitar Rp50 juta. Biaya itu untuk mencukupi kebutuhan mulai dari sewa lahan, tanam, perawatan tanaman, pemetikan, pengangkutan daun tembakau yang dipetik, hingga perajangan daun tembakau.

Total kerugian yang harus ditanggung Sunar bisa mencapai Rp350 juta jika gagal menjual hasil panennya. “Untuk membiayai tembakau saya pinjam [utang] di bank. Ya karena ini merugi, nanti untuk menutupnya terpaksa jual sawah satu patok,” kata dia.

Petani lainnya, Rubiyem, 70, menjelaskan meski kualitasnya menurun, ia tetap memanen tembakau yang ia tanam. “Saya tanam di lahan yang luasnya tidak ada satu patok. Kasihan tembakaunya dibiarkan saja di sawah. Bagus atau jelek tetap dibawa pulang. Mudah-mudahan tahun ini ada yang membeli,” ungkap dia.

Advertisement

Ketua Koalisi Nasional Penyelamat Kretek (KNPK) Klaten, Aryanta Sigit Suwanta, mengatakan pabrik rokok memastikan tak menyerap tembakau dari petani pada musim panen kali ini. “Dari pabrik sudah mengumumkan tidak membeli dari petani. Pengumuman kami terima sekitar 7 Oktober lalu. Alasannya karena kualitas tidak sesuai standar mereka. Tetapi, kami juga tidak tahu persis penyebabnya apa,” ungkap dia.

Ia tak menampik selama ini belum ada ikatan dengan perusahaan rokok agar bisa menyerap tembakau petani. “Yang paling kuat dan selama ini membeli tembakau petani itu Gudang Garam. Selain di Manisrenggo biasanya tembakau yang dibeli itu berasal dari Prambanan, Gantiwarno, Jogonalan, Trucuk, serta Jatinom. Kondisinya semua sama [tembakau tidak dibeli],” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif