Soloraya
Jumat, 14 Oktober 2016 - 09:30 WIB

TOL SOLO-KERTOSONO : Bangun Underpass Gringging, PT Waskita Karya Janjikan 2 Pekan

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga memperagakan membopong jenazah ke makam yang terletak di seberang selatan tol Soker saat aksi unjuk rasa menuntut pembangunan underpass di tol Soker Desa Gringging, Sambungmacan, Sragen, Rabu (12/10/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Tol Solo-Kertosono, PT Waskita Karya meminta waktu dua pekan untuk membangun underpass Gringging sesuai tuntutan warga.

Solopos.com, SRAGEN — PT Waskita Karya selaku pelaksana pembangunan jalan tol Solo-Kertosono meminta waktu 1-2 pekan untuk memproses pembuatan underpass di Desa Gringging, Kecamatan Sambungmacan, Sragen.

Advertisement

Sementara itu, pada Rabu (12/10/2016), puluhan warga dari 14 RT di Dukuh Trobayan, Gringging, dan Celep, Desa Gringging, Kecamatan Sambungmacan, menggelar aksi unjuk rasa dengan memblokade jalan tol Solo-Kertosono. Mereka menuntut Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) membuatkan underpass di jalan tunggal penghubung tiga dukuh tersebut.

Warga berkumpul di tengah jalan tol yang masih berupa timbunan tanah uruk. Koordinator aksi, Sajiyo, menyampaikan aksi seperti ini sebenarnya akan dilaksanakan jauh hari sebelumnya tetapi ditahan oleh Kepala Desa Gringging dengan alasan ada tim yang akan survei ke lokasi.

Dia mengatakan alasan Kades itu benar, tim dari PT Solo Ngawi Jaya (SNJ), PT Waskita Karya, dan Wakil Bupati (Wabup) Sragen Dedy Endriyatno langsung survei ke lokasi. “Saat itu, permintaan warga Gringging disetujui dan akan diusulkan ke pemerintah pusat. Kami minta underpass setinggi 2,5 meter. Tetapi bila diberi 2,25 meter saja, kami tidak masalah asalkan akses jalan tunggal ini dihidupkan. Kalau akses ini mati, jelas SDN 1 Gringging akan mati. Orang mau memakamkan warga juga kesulitan. Para petani mau panen padi juga kesusahan. Banyak dampaknya,” ujar Sajiyo saat ditemui Solopos.com di sela-sela aksi.

Advertisement

Sajiyo mengatakan belakangan ini ada isu rencana itu belum pasti. Warga semakin resah saat tanah uruk di sekitar jalan desa itu dikeruk dan betonisasi tetap berlangsung. Atas dasar kekhawatiran itulah, warga menggelar aksi unjuk rasa.

Dalam aksi itu sempat diperagakan warga membawa keranda. Mereka kesulitan menaiki jembatan layang atau overpass karena tanjakan terlalu tinggi. Saking susahnya, keluarga si jenazah membawa jenazah tanpa keranda ke makam.

Aksi teatrikal itu disaksikan perwakilan PT Waskita Karya, Lukas. Dalam pertemuan itu, Lukas menjelaskan sebelumnya PT Waskita Karya sudah menyampaikan kepada perwakilan warga Gringging.

Advertisement

Dia menyatakan permintaan underpass untuk warga Gringging itu sudah diterima. Dia berusaha berkoordinasi dengan pimpinan PT SNJ terkait rencana pembangunan underpass itu.

“Saya berusaha lewat PT SNJ untuk mengawal permintaan warga. Proses untuk pembangunan underpass itu butuh waktu. Surat dari warga kemudian ke Sekretaris Daerah dan Bupati hingga ke pemerintah pusat itu butuh waktu. Kalau kemarin, kami tidak bisa menentukan waktunya, sekarang kami hanya minta waktu 1-2 pekan saja. Mudah-mudahan sebelum dua pekan sudah mulai dibangun,” katanya di hadapan warga.

Lukas berusaha mempercepat prosesnya agar segera ada keputusan dari pemerintah pusat. Dia bersedia menuangkan janji dan komitmennya dalam berita acara yang ditandatangani semua pihak di Balai Desa Gringging.

Janji dari PT Waskita Karya itu memberi angin segar bagi warga. Mereka mengakhiri aksi dengan berdoa bersama. Mereka berdoa dengan khidmat agar doa mereka terkabul. Bahkan salah satu di antara mereka sampai menangis histeris saat memanjatkan doa.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif