Soloraya
Kamis, 6 Oktober 2016 - 06:10 WIB

BPBD Klaten Dirikan 4 Posko Siaga Bencana

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas BPBD Boyolali memasukkan perlengkapan dan logistik yang akan dibawa ke masing-masing posko pantauan bencana di kantor BPBD setempat, Sabtu (3/8/2013).Hal tersebut untuk menindaklanjuti terjadinya aktivitas kegempaan dan vulkanik salah satu gunung teraktif di Indonesia tersebut, Senin (22/7/2013) lalu. Saat ini sudah dua pekan sejak aktivitas itu terjadi. Namun status Gunung Merapi masih dinyatakan aktif normal.

Antisipasi bencana di wilayah Klaten dilakukan dengan mendirikan empat posko.

Solopos.com, KLATEN — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten membentuk empat posko siaga bencana guna mengantisipasi bencana terutama banjir dan tanah longsor. Pembentukan posko itu untuk meminimalkan risiko bencana pada musim penghujan.

Advertisement

Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Bambang Giyanto, mengatakan empat posko yang dibentuk berada di Kemalang, Bayat, Cawas, serta Kantor BPBD. Pembentukan posko di tiga kecamatan tersebut lantaran selama ini menjadi daerah yang rawan banjir serta tanah longsor.

Fungsi posko untuk mempermudah pelayanan serta mempercepat respons jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Bambang mengatakan posko dibentuk pekan depan.

“Nanti posko dikelola sukarelawan dan beroperasi selama 24 jam. Ketika terjadi bencana, kami bisa hadir di lokasi secepatnya. Untuk jumlah sukarelawan di setiap posko, kami masih menghitung potensi di setiap daerah,” jelas dia, Rabu (5/10/2016).

Advertisement

Daerah rawan banjir di Klaten tersebar di 62 desa dan 11 kecamatan. Desa-desa tersebut terutama di aliran Sungai Dengkeng. Sementara daerah rawan longsor tersebar di enam desa di empat kecamatan yakni Bayat, Cawas, Gantiwarno, serta Kemalang.

Bambang mengatakan berdasarkan prediksi BMKG, cuaca ekstrem diperkirakan terjadi pada September-November. “Berdasarkan prediksi hujan paling ekstrem pada bulan itu. Pada Januari, kondisi cuaca sudah mulai landai. Makanya, kami siap siaga hingga akhir Desember mendatang,” ungkap dia.

Sementara itu, pada Rabu pagi warga dibantu sukarelawan, TNI, serta polisi membersihkan jembatan di Dukuh Modran, Desa Planggu, Kecamatan Trucuk, dari tumpukan sampah yang bisa menghambat aliran Sungai Dengkeng. Tanggul sungai di Desa Talang, Bayat, tak jauh dari Jembatan Modran, Desa Planggu, kerap jebol ketika volume air Sungai Dengkeng meningkat. Akibatnya, air meluap membanjiri permukiman terutama di wilayah Cawas.

Advertisement

Sebelumnya, Camat Gantiwarno, Hari Purnomo, mengatakan ada lima desa di wilayahnya yang rawan banjir terutama di sepanjang aliran Sungai Dengkeng. Kelima desa itu yakni Kerten, Ngandong, Kragilan, Jogoprayan, dan Karangturi. Selain banjir, di Desa Ngandong juga ada ancaman longsor di kawasan perbukitan yang berbatasan dengan wilayah Gunung Kidul.

“Warga yang tinggal di aliran sungai sudah terbiasa menghadapi ancaman banjir. Mereka tahu saat akan terjadi banjir. Begitu tanda-tanda banjir terlihat, warga sudah siap mengungsi. Biasanya, lokasi pengungsian berada di balai desa atau rumah warga yang dinilai aman,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif