Soloraya
Sabtu, 1 Oktober 2016 - 09:30 WIB

Dinkes Klaten Prediksi Jumlah Penderita Leptospirosis Meningkat

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Dinkes Klaten memprediksi jumlah penderita leptospirosis akan meningkat.

Solopos.com, KLATEN–Jumlah penderitaleptospirosis yang bersumber dari air kencing tikus di Klaten berpotensi mengalami peningkatan signifikan. Berbagai gejala yang ditimbulkan dari jenis penyakit ini, seperti demam, nyeri di ulu hati, dan linu di bagian sendi, betis, dan paha.

Advertisement

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, jumlah penderita leptospirosis di Klaten 2015 mencapai 26 kasus. Di periode Januari-September 2016, jumlah penderita leptospirosis sudah mencapai 21 kasus. Jumlah ini diprediksi akan meningkat lantaran kondisi Negara Indonesia, termasuk di Klaten tergolong agraris.

“Penyakit ini bisa disebabkan dari air kencing tikus. Banyak petani yang bekerja di sawah tidak melengkapi diri dengan alat pelindung diri (APD), seperti sepatu bot. Saat kondisi kaki terkena rangen atau kutu air, bakteri bisa masuk melalui luka itu. Jika sudah terserang, segera laporkan ke Puskesmas agar tidak berbahaya,” kata Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten Herry Martanta, kepada Solopos.com, Jumat (30/9/2016).

Herry mengatakan berbagai upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit leptospirosissudah dilakukan jauh-jauh hari. Hal itu seperti menggencarkan sosialisasi ke masyarakat melalui pemerintah desa (pemdes) dan mendorong setiap petugas Puskesmas rajin terjun ke masyarakat guna memberikan wawasan tentang bahaya penyakit tersebut.

Advertisement

“Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui jenis penyakit ini. Makanya, perlu diingatkan terus. Kalau tidak segera ditangani, jenis penyakit ini bisa mematikan [gejala awal seperti orang terserang masuk angin]. Di Klaten belum ada penderita yang meninggal dunia. Penyakit ini bisa menyerang manusia di sawah dan di rumah,” katanya.

Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Dinkes Klaten, Wahyuning Nugraheni, mengatakan masa inkubasi penyakit tersebut mencapai dua pekan. Membiasakan diri memiliki pola hidup bersih dan sehat dapat terhindar dari jenis penyakit leptospirosis.

“Bagi petani segera mencuci kaki dan tangan setelah beraktivitas di sawah. Yang di rumah, juga harus menjaga diri agar kondisi rumah tetap bersih dan tidak terkena air kencing tikus,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif