Jogja
Jumat, 30 September 2016 - 01:20 WIB

TIONGHOA JOGJA : Bahasa Mandarin Jadi Bahasa Bisnis Kedua

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X ketika memberikan sambutan dalam pembukaan ACTC ke-11 di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Sleman, Sabtu (24/9/2016). (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Tionghoa Jogja jadi tuan rumah ACTC

Harianjogja.com, SLEMAN — ASEAN Chinese Teaching Convention (ACTC)  ke-11  ini digelar pada 23-26 September 2016 di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Sleman, untuk mengembangkan pendidikan Bahasa Mandarin di ASEAN. Bahasa Mandarin menjadi sangat penting karena menjadi bahasa bisnis kedua di dunia.

Advertisement

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, Bahasa Mandarin menjadi bahasa bisnis kedua setelah Bahasa Inggris dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

“Bahasa Mandarin menjadi penting untuk dipelajari di kawasan ASEAN,” ungkap dia dalam pembukaan ACTC ke-11 di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Sleman, Sabtu (24/9/2016).

Advertisement

“Bahasa Mandarin menjadi penting untuk dipelajari di kawasan ASEAN,” ungkap dia dalam pembukaan ACTC ke-11 di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Sleman, Sabtu (24/9/2016).

Ia mengatakan, jika abad ke-19 merupakan era dari Inggris dan abad 20 merupakan era Amerika Serikat, maka abad 21 merupakan era Tiongkok. Hal itu ditandai digunakannya Bahasa Mandarin sebagai bahasa pengantar kedua di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Kita harus menguatkan komunitas ASEAN yang terdiri dari tiga pilar yakni komunitas politik keamanan, komunitas ekonomi, dan komunitas sosial budaya yang terkait erat dengan tujuan menjamin perdamaian yang tahan lama, stabilitas, dan berbagi kemakmuran di setiap wilayah,” jelas dia.
Tantangan Beragam

Advertisement

Adapun materi yang didiskusikan dalam konvensi ini  yakni kurangnya tenaga pengajar Bahasa Mandarin, keterbatasan dana, penyediaan buku-buku pelajaran yang sesuai untuk masing-masing negara, serta membahas mengenai kerja sama antar negara ASEAN.

“Kerja sama itu misalnya jalinan hubungan antar negara ASEAN, saling mengunjungi dalam bentuk studi banding, saling tukar ilmu dan pengalaman,” kata dia.

Perkembangan ekonomi dan teknologi di Tiongkok yang sangat pesat menjadikan Bahasa Mandarn sebagai bahasa komunikasi yang sangat penting setelah Bahasa Inggris. Dalam era globalisasi saat ini, turis dan investasi dari Tiongkok semakin meningkat drastis.

Advertisement

“Untuk itu, mulai sekarang kita perlu menyiapkan sumber daya manusia yang cakap dan berkualitas yang bisa menguasai Bahasa Mandarin dengan baik,” ucap dia.

Wakil Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Surabaya Jiang Li mengatakan, ACTC merupakan langkah untuk membuat rancangan pengembangan Bahasa Mandarin. Pendidikan Bahasa Mandarin di ASEAN mengalami peningkatakan, khususnya di Indonesia di mana tidak hanya keturunan Tionghoa yang berlajar, tetapi juga suku lainnya.

“Sekolah dan universitas yang memilki Bahasa Mandarin juga semakin banyak sehingga permintaan dosen juga semakin banyak. Pelajaran Bahasa Mandarin menjadi kesempatan untuk berkembang,” ungkap dia.

Advertisement

Berkembangnya pendidikan Bahasa Mandarin tidak bisa lepas dari dukungan pemerintah. Kegiatan ACTC ini memberikan kesempatan untuk pertukaran opini dan salin mendorong pendidikan Bahasa Mandarin di ASEAN.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif