News
Kamis, 29 September 2016 - 09:45 WIB

TAAT PRIBADI DITANGKAP : Kasus Dimas Kanjeng, MUI Sebut Jahiliah Modern

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aksi Kanjeng Dimas Taat Pribadi saat menggandakan uang. (Istimewa/Youtube)

Taat Pribadi ditangkap polisi dan MUI menyebutnya jahiliah modern.

Solopos.com, JAKARTA —Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang memiliki padepokan Probolinggo, Jawa Timur, disebut-sebut mampu menggandakan uang bagi para pengikutnya.

Advertisement

Namun ternyata, penggandaan uang itu diduga hanya usaha tipu-tipu. Terbukti, beberapa pengikutnya kini sadar dan sudah melaporkan perbuatan tersebut ke kantor polisi.

Melihat kejadian tersebut, Ketua Dewan Penasehat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Ridwan, menilai Indonesia saat memasuki zaman jahiliah. Baca juga: Jin Iprit Belum Balik, Dimas Kanjeng Gagal Gandakan Uang.

“Kan ada istilah jahiliah modern, jahiliah di zaman nabi sebelum Islam dan jahiliah modern. Nah, ini termasuk jahiliah modern,” kata Cholil, seperti dikutip Solopos.com dari Okezone, Kamis (29/9/2016).

Advertisement

Banyaknya orang cerdas seperti Polri, TNI, hingga mantan anggota DPR menunjukkan ini merupakan fenomena iman orang Islam di Indonesia masih lemah. Sebagai contoh, saat ini saja ada orang yang berdasi, pakai mobil lalu datang ke makam kemudian menyembah kuburan.

“Fenomena itu menunjukkan iman umat Islam Indonesia mayoritas lemah. Karena iman lemah maka dia mudah diperdaya oleh janji-janji yang menghasilkan kekayaan secara cepat mendadak yang supranatural yang dipahami oleh akal. Kenyataannya ada kan? Dia pakai dasi, dia pakai mobil tapi akidahnya sesat,” ujarnya.

Guna mengantisipasi masih adanya orang yang mudah terpedaya modus gaib di zaman modern ini, tokoh senior MUI itu menyarankan pola pendidikan agama dan dakwah harus menekankan akidah terlebih dahulu.

Advertisement

Seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW misalnya yang harus ditanamkan akidah selama 13 tahun. Kepintaran seseorang, sambung Cholil, tidak memastikan dia memiliki iman yang kuat. Baca juga: Gandakan Uang, Dimas Kanjeng Pakai Salawat Fulus.

Sama halnya padepokan, pesantren atau pun majelis taklim yang ternyata tidak selalu benar bentuk pengajarannya, kecuali orang-orang beriman yang mengerjakan amal saleh sebagaimana yang diperintahkan dalam Alquran.

“Orang Islam yang berilmu. Ilmu itu tidak menjamin, kalau dia ditanamkan akidah di pesantren yang benar seperti nabi menanamkan di Mekah itu baru akidahnya benar. Tidak semua pesantren ajarannya benar dan maksimal, kalau secara ilmu oke, tapi secara penanaman akidah banyak pesantren yang tidak kuat sehingga tamat pesantren dia bisa jadi liberal bahkan bisa menjadi komunis. Orang PKI itu kan ketua umumnya Islam,” pungkasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif