News
Kamis, 29 September 2016 - 20:02 WIB

Mahfud MD Sebut Dimas Kanjeng Taat Pribadi Urakan, Bukan Kiai!

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mahfud Md saat diwawancarai Metro TV, Minggu (20/7/2014).

Mahfud MD menilai Dimas Kanjeng Taat Pribadi tak punya aura kiai, tapi justru urakan.

Solopos.com, JAKARTA — Pakar hukum tata negara yang juga cendekiawan muslim, Mahfud MD, menilai Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi bukan seperti pesantren. Bahkan menurutnya, Dimas Kanjeng tak memiliki aura seorang kiai atau orang pesantren, melainkan orang yang urakan.

Advertisement

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini mengatakan kesan tersebut didapatkannya setelah berkunjung ke padepokan tersebut pada 2014 lalu. Awalnya, dia hendak berkunjung ke kediaman dua kiai di Jawa Timur, salah satunya Kiai Muzakir di Jember. Kebetulan, saat itu dia janjian dengan mantan politikus DPR, Marwah Daud Ibrahim, untuk bertemu.

“Saya semula tidak punya rencana ke sana. Tapi kata Marwah Daud, ada pesanteren besar yang dipimpin Dimas Kanjeng. Saya bilang, menurut saya Dimas itu tidak ada dalam khasanah pesantren di Jawa Timur. Tapi kata Daud, Dimas itu punya nama besar. Lalu saya mampir,” kata Mahfud di Jogja dalam pembicaraan yang ditayangkan live melalui program Prime Time News Metro TV, Kamis (29/9/2016).

Setelah sampai di padepokan, Mahfud pun diperkenalkan dengan Dimas. Dari perkenalan itu Mahfud langsung merasakan ada yang aneh dari sosok Dimas yang kata orang dikenal sebagai kiai. Baca juga: Gandakan Uang, Dimas Kanjeng Ngaku Pakai Salawat Fulus.

Advertisement

“Ini tidak ada tampang kiainya sama sekali. Gayanya agak urakan, dan maaf, cara bicaranya tidak seperti kiai yang teduh, gayanya mengicapkan mahraj itu tidak seperti orang pesantren,” ungkapnya. Baca juga: Pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi Fanatik, Diduga Minum Air Sakti.

Mahfud menyimpulkan bahwa padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi bukanlah pesantren. Menurutnya, tempat itu lebih mirip padepokan silat meskipun di sana ada banyak santri dan berdiri sebuah mesjid. “Anehnya, saat dia [Dimas] pidato, dia mengatakan ‘Pak Mahfud ini santri saya’. Saya kan agak marah dan tersingung, masak saya jadi santri orang kayak gini.”

Hal itulah yang membuat Mahfud langsung bergegas meninggalkan padepokan tersebut. Dia juga mengaku heran bagaimana orang sekelas Marwah Daud bisa percaya dengan Dimas. “Saya katakan [ke Marwah Daud] ngapain ketemu orang kayak gini. Lalu diceritakan Bu Marwah bahwa dia [Dimas] bisa gandakan uang.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif