Jogja
Selasa, 27 September 2016 - 08:40 WIB

CUACA EKSTREM : Hujan Terus Menerus, Petani Bantul Terancam Gagal Panen

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Akibat hujan tiga hari berturut turut, petani terancam gagal panen.

Harianjogja.com, BANTUL-Hujan deras selama tiga hari berturut-turut membuat 600 hektar lebih lahan di Kecamatan Bambanglipuro tergenang air hingga ketinggian 50 sentimeter. Akibatnya, petani kini terancam gagal panen.

Advertisement

Disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dipertahut) Bantul Pulung Haryadi, dibanding kecamatan lain, Bambanglipuro memang yang terbilang paling parah terdampak hujan deras itu. Di lahan yang tergenang air itu, terdapat beragam jenis komoditas holtikultura dan palawija, mulai dari cabai, jagung, kedelai, hingga kacang tanah. “Yang terbanyak adalah kedelai,” katanya saat ditemui wartawan usai melakukan inspeksi di lokasi lahan yang tergenang air, di Dusun Plebengan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Senin (26/9/2016).

Kendati begitu, ia membantah bahwa genangan air itu akan berdampak pada kegagalan panen. Pasalnya, saat ini, sebagian besar tanaman sudah memasuki usia panen. Menurutnya, kegagalan panen akan mengancam jika genangan air itu terjadi saat umur tanaman masih muda.

Itulah sebabnya, ia mengimbau kepada petani agar tidak panik. Ia meminta petani agar segera memanen tanamannya dan memulai persemaian untuk memasuki masa tanam I padi. “Sembari itu, berdoa saja agar tidak ada hujan besar lagi 2-3 hari ke depan,” timpalnya.

Advertisement

Memang, jika dalam waktu 3 hari ke depan hujan besar kembali terjadi, bukan tidak mungkin luasan lahan yang tergenang air di Bambanglipuro akan semakin meluas. Oleh karena itulah, ia pun meminta kepada para petani untuk bersiap diri menghadapi ancaman hujan besar itu. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah dengan menambah kedalaman saluran drainase yang melingkari lahan.

Terpisah, salah satu pemilik lahan cabai di lokasi lahan yang tergenang, Zahrowi mengakui bahwa persoalan banjir itu sebenarnya sudah terjadi setiap tahunnya. Hanya saja, bencana kali ini tergolong yang paling membuat petani terpuruk. “Karena untuk tahun ini, banyak warga menanam cabai. Padahal, dibanding tanaman lainnya, biaya perawatan cabai kan jauh lebih tinggi,” katanya saat ditemui terpisah.

Hanya saja, jika dibanding dengan petani lainnya, ia relatif lebih diuntungkan. Pasalnya, tanaman cabai miliknya yang tergenang air baru berumur sekitar 3-4 minggu. Dengan begitu, ia masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki kerusakan tanamannya.

Advertisement

Meski begitu, ia pun khawatir sisa waktu yang ada tak cukup untuk memperbaiki kerusakan tanamannya itu. Selama masih ada hujan dengan intensitas tinggi, tanah dikhawatirkannya akan lebih gembur. “Kalau gembur, akar akan menjadi layu. Kalau akarnya layu, tanaman jelas tak bisa tumbuh subur,” terangnya.

Dengan adanya bencana itu, ia berharap pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul bisa bertindak cepat. Setidaknya, dengan bencana itu, Pemkab Bantul diharapkannya bisa lebih memperhatikan kebutuhan dan usulan warga terkait perbaikan saluran air yang ada di kawasan Plebengan. “Selama ini, persoalan drainase itu sudah kami usulkan setiap tahun. Sudah ada 10 tahun kami mengusulkannya, tapi tidak ada respon dari pemerintah,” keluhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif