Soloraya
Senin, 26 September 2016 - 16:17 WIB

TOL SOLO-KERTOSONO : Warga Sragen Desak BPJT Pertahankan Akses Jalan Antardesa

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Puluhan ibu dari RT 012, Dukuh Plosokerep, Desa Bandung, Kecamatan Ngrampal, Sragen beraksi di jalan tol Soker untuk menuntut agar jalan penghubung antardesa dipertahankan dengan pembangunan underpass, Senin (26/9/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Tol Solo-Kertosono di Sragen mendapat pertentangan dari sejumlah warga di Sragen.

Solopos.com, SRAGEN—Puluhan warga dari RT 011 dan RT 012, Dukuh Plosokerep, Desa Bandung, Kecamatan Ngrampal, menggelar aksi unjuk rasa dengan membentangkan spanduk tuntutan di tengah jalan tol Solo-Kertosono yang melintas di wilayah Desa Pilangsari, Ngrampal, Sragen, Senin (26/9/2016). Mereka menuntut kepada pengelola jalan tol untuk mempertahankan akses jalan penghubung Desa Bandung dan Pilangsari.

Advertisement

Kaum ibu pun ikut turun ke jalan dengan membawa poster bertuliskan tututan agar jalan penghubung antardesa itu tetap difungsikan seperti semula. Bagaimana nasib kami kalau jalan di tutup? Jadi pengusaha harus tahu keadilan. Kami tidak mau dialihkan ke jalan tikus. Jangan musnahkan jalan warga. Kalimat-kalimat itulah yang tertulis dalam poster berbahan kerdus bekas itu.

“Jalan ini menjadi akses satu-satunya menuju ke Desa Pilangsari, kota kecamatan, dan akses anak-anak berangkat sekolah. Banyak anak-anak SD-SMP di Plosokerep yang belajar ke Pilangsari dan Ngrampal karena sekolahnya di sana. Kami menghendaki dibuatkan underpass agar anak-anak bisa leluasa berangkat sekolah. Kalau overpass anak-anak kan tidak kuat dengan tanjakan karena menggunakan sepeda angin,” kata Teguh, koordinator lapangan warga RT 012 Plosokerep, saat ditemui Solopos.com, Senin siang.

Advertisement

“Jalan ini menjadi akses satu-satunya menuju ke Desa Pilangsari, kota kecamatan, dan akses anak-anak berangkat sekolah. Banyak anak-anak SD-SMP di Plosokerep yang belajar ke Pilangsari dan Ngrampal karena sekolahnya di sana. Kami menghendaki dibuatkan underpass agar anak-anak bisa leluasa berangkat sekolah. Kalau overpass anak-anak kan tidak kuat dengan tanjakan karena menggunakan sepeda angin,” kata Teguh, koordinator lapangan warga RT 012 Plosokerep, saat ditemui Solopos.com, Senin siang.

Teguh menyesalkan pembangunan terowongan yang berdekatan dengan sungai karena hanya bisa diakses untuk pejalan kaki. Ketika habis hujan, kata dia, terowongan itu tidak bisa dilewati karena tergenang air. Terowongan itu dibangun pada jarak 200 meter dari lokasi jalan yang dikehendaki warga.

“Sebenarnya ada lima akses jalan yang ditutup akibat adanya pembangunan jalan tol ini. Kami hanya minta satu akses yang dipertahankan agar akses ekonomi, sekolah, dan urusan administrasi kependudukan dan pemerintahan bisa mudah,” ujarnya.

Advertisement

Mediasi berjalan tertib di Balai Desa Bandung, Ngrampal. Kades Bandung, Sukarno Baskoro, meminta Kapolsek menjadi mediator dalam pertemuan di aula balai desa.

Budiono menyilakan perwakilan warga untuk menyampaikan aspirasi yang akan dicatat oleh perwakilan dari PT Solo Ngawi Jaya (SNJ) dan PT Waskita Karya (WK). Wahyudianto, koordinator aksi, mengatakan selama sekian bulan tidak ada realisasi atas usulan warga yang pernah disetujui oleh Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno saat berkunjung ke Plosokerep. Dia menyaksikan pembangunan jalan tol tetap berjalan.

“Kami sudah melayangkan surat ke Bupati Sragen supaya usulan pembangunan underpass di jalan tol sebelah selatan Dukuh Plosokerep segera direalisasi. Selama belum dilaksanakan supaya dilokalisasi tersebut dari betonisasi jalan tol,” katanya.

Advertisement

Warga RT 012 lainnya, Supardi, menyampaikan hal-hal supaya menjadi perhatian PT SNJ dan PT WK. Supardi mengatakan akses jalan tetap dihidupkan dan tidak disentuh pekerjaan betonisasi oleh PT WK sampi ada keputusan dari otoritas jalan tol terkait dengan jalan pengganti berupa overpass atau underpass. Selain itu, Suparni juga meminta jalan warga harus dalam kondisi baik, bukan becek seperti sekarang ini, supaya perekonomian warga tidak terganggu.

“Tentang debu yang mengganggu warga supaya dilakukan penyiraman secara intensif, bukan 1-2 kali per hari,” ujarnya.

Semua masukan warga dicatat oleh perwakilan PT WK, Lukas, dan perwakilan PT SNJ, Bambang Parikesit. Masukan dan keinginan warga dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani warga dan perwakilan PT SNJ dan PT WK.

Advertisement

“Aspirasi warga ini sudah diajukan Bupati ke Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Sampai saat ini, kami masih menunggu keputusan dari pusat. Kalau untuk penyiraman dan perbaikan jalan becek bisa dipenuhi dari PT WK,” kata Bambang Parikesit dalam kesempatan itu.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif