Jogja
Senin, 26 September 2016 - 03:40 WIB

PEMBERDAYAAN WARGA SLEMAN : Banyuraden Manfaatkan Lahan Pekarangan Lebih Produktif

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jahe Merah (woodlandgardensorganic.com)

Desa tersebut didapuk  mewakili DIY dalam pemanfaatan toga di tingkat nasional.

Harianjogja.com, SLEMAN- Hampir setiap rumah warga Dusun Modinan dan Dusun Geplakan, Desa Banyuraden, Gamping memanfaarkan lahan pekarangan agar lebih produktif. Mereka menanami pekarangannya dengan tanaman obat-obatan.

Advertisement

Pemanfaatan lahan pekarangan warga untuk tanaman obat keluarga (toga) tersebut menghantarkan Banyuraden ke kancah nasional. “Hampir di setiap pekarangan rumah terdapat tanaman obat. Ini sekaligus langkah mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri,” kata Kepala Desa Banyuraden Sudarisman, beberapa waktu lalu.

Desa tersebut didapuk  mewakili DIY dalam pemanfaatan toga di tingkat nasional. Tahun ini, Banyuraden (Sleman) akan berkompetisi dengan tiga desa di tiga kabupten lain dari luar Pulau Jawa. Seperti Kabupaten Lampung Timur, Lampung, Indragiri Hulu, Riau dan Kabupaten Bualemo, Gorontalo.

Toga yang dimanfaatkan warga Banyuraden cukup beragam. Tanaman apotik hidup tersebut terdiri dari jahe, lenguas, temulawak, temu putih, kayu manis dan daun sereh. Ada pula jenis tanaman lainnya seperti jeruk, kencur dan kunyit. “Toga sebenarnya merupakan kampanye kesehatan yang sudah lama dilakukan. Sayangnya tidak semua warga memahami pentingnya toga. Di sini, kami melihat warga sangat peduli memanfaatkan tanaman obat,” kata Ketua Tim Penilai Pusat dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Meinarwati saat berkunjung ke Banyuraden.

Advertisement

Tim penilai, kata Wati, melihat langsung bagaimana proses penanaman tanaman obat itu pekarangan hingga pengolahan produk lanjutan. Dia berharap agar masyarakat dapat memanfaatkan tanaman obat. Termasuk pengolahannya yang harus sesuai standar. Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI itu tetap mewanti-wanti agar produk olahan yang dipasarkan harus mengantongi izin dan terdaftar ke dinas kesehatan.
“Pengolahannya harus sesuai standar apalagi beberapa produk mulai dipasarkan. Warga juga harus benar-benar mengenal ragam dan manfaat dari setiap tanaman obat,” katanya.

Bupati Sleman Sri Purnomo yang juga mendampingi tim penilai, mengatakan kesuksesan tersebut tidak lepas dari prestasi tim PKK Banyuraden. Menurutnya, upaya memanfaatkan lahan sempit agar produktif dan optimal perlu dilakukan setiap keluarga. Dia berharapan ke depan, Banyuraden dapat menjadi role model bagi desa lainnya untuk pengembangan toga.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif