Jogja
Senin, 26 September 2016 - 03:20 WIB

PELUANG USAHA : Warung Nyanyi Rp3.500 per Lagu, Langganan Perangkat Desa

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sutikno (kanan) memainkan musik keyboard mengiringi pelanggan Warung Nyanyi Wong Yogja yang sedang bernyanyi, belum lama ini. (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Peluang usaha diciptakan di daerah pedesaan untuk memberikan alternatif hiburan

Harianjogja.com, JOGJA — Pusat hiburan di daerah pedesaan masih terbilang minim. Karaoke, warung nyanyi,  dan studio band, masih banyak terpusat di daerah kota. Sutikno, 60, pun sebagai pensiunan salah satu bank di Kota Jogja, akhirnya membuka bisnis warung nyanyi di rumahnya, yang terletak di Dusun Lohsari, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman. Ia ingin menyajikan hiburan murah untuk warga di daerahnya.

Advertisement

Berbekal alat musik keyboard, seperangkat sound system, dan rumah kosong miliknya sendiri, dua tahun lalu ia bertekad membuka warung nyanyi. Warung nyanyi dan live musik bernama Wong Yogja ini buka setelah salat Maghrib sampai pukul 00.00 WIB.

Warung nyanyi ini memberikan hiburan berupa live musik keyboard yang dimainkan sendiri oleh Sutikno. Ia mengiringi tamu-tamunya yang ingin menyanyi, mulai dari lagu pop, keroncong, jazz, sampai dangdut koplo. Ia hanya mengenakan tarif Rp3.500 per lagu.

Bermain musik keyboard baru ia lakoni sekitar empat tahun lalu secara otodidak. Ia belajar mulai dari melodi hingga akord-akordnya. Lambat laun, Sutikno pun yang saat itu sudah masuk masa pensiun, akhirnya bisa memainkan musik keyboard dan mengiringi penyanyi-penyanyi yang ada di Jogja. Namanya pun dikenal beberapa penyelenggara even dan akhirnya ia kerap diundang mengisi organ tunggal di beberapa acara seperti hajatan pernikahan.

Advertisement

Berbekal bakat dan perlengkapan bermusik, Sutikno pun tak ingin menyia-siakannya. Model warung nyanyi dan live musik yang sudah ada di kota, ia adopsi untuk dibangun di rumahnya yang notabene terletak di daerah pedesaan. Menurutnya, bukan masalah penghasilan yang diraih karena sebagai pensiuan bank dengan posisi tinggi yang pernah dijabat serta beberapa rumah pribadi yang ia sewakan, penghasilannya sudah lebih dari cukup. “Ini semua karena saya suka. Saya hobi musik. Saya modal ibaratnya tidak ada karena alat punya sendiri,” kata pria yang akrab disapa Mbah Tikno ini, ditemui pekan lalu.

Ia juga tidak terlalu berambisi membuat warung nyanyi miliknya menjadi warung nyanyi berkelas yang menawarkan tarif tinggi. Sutikno berprinsip, usahanya ini semata untuk menyalurkan hobinya bermain musik sekaligus membantu warga yang ingin melepas penat dengan bernyanyi.

Setiap hari, 15-20 orang mengantre untuk bisa bernyanyi dengan live musik keyboard yang dimainkan Sutikno. Mereka rata-rata berusia 40 tahun ke atas. “Di sini banyak perangkat desa yang datang. Dukuh, lurah, carik, sampai ustadz juga pernah. Ya hiburan mereka saat stres ya dengan nyanyi,” kata Tikno.

Advertisement

Warung nyanyi ini memang lebih menyasar ke kalangan orang tua. Berbeda dengan karaoke yang lebih menyasar kalangan muda. Menurutnya, kalangan orang tua lebih mantap ketika bernyanyi dengan diiringi alat musik live, ketimbang memutar lagu dari file-file musik yang ada di komputer.

Dua tahun berjalan, warung nyanyi ini pun semakin dikenal masyarakat di luar desa Sukoharjo, Ngaglik. Di antara mereka ada yang berasa dari pedesaan di Manisrenggo Klaten, Kepurun Klate, ada pula dari Godean, Wonosari, dan daerah pelosok lainnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif