Jogja
Senin, 26 September 2016 - 06:40 WIB

BENCANA ALAM BANTUL : Satu Rumah Terancam Tanah Longsor

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanah longsor di jalur jalan Trenggalek-Ponorogo (JIBI/Solopos/Antara)

Kemungkinan longsor susulan sangat mungkin terjadi karena intensitas hujan masih tinggi.

Harianjogja.com, BANTUL—Akibat Hujan deras satu rumah di Dusun Kemloko, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Bantul terancam tertimbun tanah longsor. Atap rumah bagian belakang telah tertimpa reruntuhan, akibatnya satu keluarga sudah diungsikan dari rumah tersebut.

Advertisement

Ketua Forum Penanggulangan Risiko Bencana (FPRB) Kecamatan Piyungan, Amat Yani, mengatakan longsor tersebut terjadi setelah hujan lebat Sabtu (24/9/2016), tepatnya pada pukul 17.30 WIB. Satu rumah yang ditingali oleh Ahmad Subekti beserta keluarganya tertipa longsoran tanah pada atap bagian belakang rumahnya. “Sekarang satu keluarga tersebut sudah mengungsi untuk antisipasi longsor susulan,” ujar Amat Yani kepada Harian Jogja, Minggu (25/9/2016).

Menurut Yani kemungkinan longsor susulan sangat mungkin terjadi karena intensitas hujan masih tinggi. Dia juga mengatakan terdapat retakan tanah di sekitar rumah yang ditingali oleh Ahmad Subekti, dengan diameter tanah kira-kira 20 meter persegi. Sehingga dengan kondisi dan situasi tersebut, pemilik rumah harus segera diungsikan untuk menghindari bencana.

Amat Yani mengatakan kini dia, beserta relawan lain terus meningkatkan kewaspadan akan kemungkinan longsor susulan, terlebih ketika hujan turun dengan intensitas tinggi. Bersama dengan para relawan lain, Yani mengaku telah memasang alat Erly Warning System (EWS). Alat tersebut dia nilai penting karena dapat mendeteksi kelembapan tanah sehingga warga dapat lebih meningkatkan kewaspadaanya.

Advertisement

Meski begitu menurut dia, EWS selama ini dinilai belum efektif bagi warga. Bunyinya yang mirip dengan sirine ambulan kadang membuat warga kesulitan membedakanya. Sehingga dia berserta relawan-relawan yang aktif di berbagai desa di Kecamatan Piyungan kerap berkomunikasi melalui pesawat radio, ataupun pengeras suara masjid. Hal itu menurutnya yang lebih efektif untuk memberikan pengumuman tanda bahaya kepada warga sekitar.

Lanjut Yani, para relawan terus melakukan pemantauan lokasi rawan bencana untuk mengamati pergerakan stuktur tanah yang labil. Dia menyebut terdapat dua desa yang sekarang menjadi zona merah rawan longsor yaitu Desa Srimulyo dan Desa Srimartani. Sedikitnya kata yani terdapat masing-masing 30 relawan yang melakukan pantauan di dua desa tersebut.

Terpisah, Kepala Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Dwi Daryanto mengatakan terus melakukan persiapan dalam melakuklan penagulangan bencana tanah longsor. Kata dia, BPBD terus melakukan sosialisai dan penguatan kapastitas relawan FPRB dalam melakukan manajemn resiko bencana di masing-masing desa.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif