Jogja
Kamis, 22 September 2016 - 03:20 WIB

TIONGHOA JOGJA : Berburu Enceng Gondok Sampai Purworejo Demi Liong Dupa

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Daldiyono tengah memasang dupa pada Liong Dupa yang akan digunakan dalam Festival TIong Ciu di Sekretariat JCACC, Jogja, Kamis (15/9/2016). (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Tionghoa Jogja merayakan Festival Tiong Ciu 2016 dengan cara yang khas.

Harianjogja.com, JOGJA–Liong dupa menjadi satu ciri khas dalam setiap Festival Tiong Ciu di Klenteng Poncowinatan, Jogja. Daldiyono, 61 tahun merupakan seniman di balik pembuatan liong dupa tersebut. Daldiyono pun rela berburu enceng gondok hingga ke Purworejo untuk membuat liong dupa yang digunakan dalam Festival Tiong Ciu 2016.

Advertisement

Daldiyono mengatakan, ia sudah lima kali ini membuat Liong Dupa yang menjadi bagian ritual. Ia belajar sendiri membuat Liong Dupa tanpa ada yang mengajari. Daldiyono mulai menekuni membuat liong sejak 1990.

Ia mengaku lebih senang memakai enceng gondok untuk bahan membuat Liong Dupa karena lebih kuat menahan dupa yang ditancapkan ke tubuh Liong Dupa. Ia pernah memakai pelepah pisang sebagai bahan dasar, tetapi gatal dan keras sehingga susah menancapkan dupa. Sementara, jika memakai sterefoam, maka dupa yang ditancapkan akan mudah lepas.

“Sekarang juga susah cari enceng gondok, saya sampai cari hingga ke Purworejo,” kata dia.

Advertisement

Untuk membuat Liong Dupa, ia membutuhkan enceng gondok hingga 20 kg. Enceng gondok sebanyak itu untuk membuat Liong Dupa sepanjang 20 meter. Sementara itu, liong sepanjang itu membutuhkan dupa sebanyak 10 kg. Dupa yang digunakan ada yang besar dan kecil. Dupa besar lebih lama bertahan ketika dibakar.

Daldiyono mengatakan, proses pembuatan Liong Dupa memerlukan waktu tiga hari. Dalam mengerjakan, ia dibantuk seorang cucunya. Bagian terlama untuk diselesaikan dari bagian Liong Dupa yaitu bagian kepala. Proses pembuatannya memerlukan waktu 1,5 hari sendiri atau setengah dari proses pembuatan liong secara keseluruhan.

“Letak kesulitan dari membuat bagian kepala adalah figur kepala dan karakter dari liong tersebut,” kata dia.

Advertisement

Sebelum membuat Liong Dupa ini, Daldiyono berdoa terlebih dahulu agar pembuatannya lancar. Selain itu, hal itu dilakukan karena Liong Dupa digunakan untuk ritual sehingga proses pembuatannya harus dilakukan dengan hati-hati.

Dalam ritual di Festival Tiong Ciu, Liong Dupa akan dibakar. Ketua I perkumpulan Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) Jimmy Sutanto mengatakan, dalam berbagai kegiatan hari raya, selalu dilakukan dengan berdoa memakai dupa. Sama halnya dalam festival Tiong Ciu di mana ritual itu juga dilakukan. “Untuk liong dupa, hal itu merupakan pengembangan kreasi,” ujar dia.

Jimmy menjelaskan, orang-orang percaya berbagai doa itu dibawa oleh dupa. Dan pada akhirnya, liong dupa pun akan terbakar habis. Ia menyebutkan, misalnya warga Tionghoa ingim mengirim uang kertas, bangunan gedung, mobil dan lain-lain, makan akan dibuat dari kertas, kemudian dikirim dengan cara dibakar.

“Dibakar itu cara kirimnya, supaya sampai tujuan di atas sana,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif