Soloraya
Rabu, 21 September 2016 - 08:10 WIB

PENDIDIKAN BOYOLALI : 34 SMA/SMK di Boyolali Tidak Setuju Full Day School

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi siswa SMA (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Pendidikan Boyolali, setidaknya 34 SMA/SMK tak setuju dengan konsep full day school.

Solopos.com, BOYOLALI—Sedikitnya 34 SMA/SMK di Boyolali tidak setuju dengan wacana full day school (FDS) yang tengah digodok pemerintah.

Advertisement

Hal ini terungkap dari hasil survei yang dilakukan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) kepada 75 SMA/SMK negeri dan swasta yang ada di Boyolali. Survei dilakukan dengan menyebar kuisioner. Dari 75 SMA/SMK, hanya 18 sekolah yang setuju dengan FDS. Sedangkan 23 sekolah sisanya menyatakan abstain atau siap mengikuti apapun kebijakan pemerintah.

Menurut Sekretaris Disdikpora Boyolali, Darmanto, survei dengan kuisioner ini baru dilakukan di tingkat SMA/SMK. “Belum sampai ke SMP dan SD. SMP dan SD nanti pasti jawaban dan alasan yang disampaikan akan lebih kompleks lagi,” kata Darmanto, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (20/9/2016).

Advertisement

Menurut Sekretaris Disdikpora Boyolali, Darmanto, survei dengan kuisioner ini baru dilakukan di tingkat SMA/SMK. “Belum sampai ke SMP dan SD. SMP dan SD nanti pasti jawaban dan alasan yang disampaikan akan lebih kompleks lagi,” kata Darmanto, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (20/9/2016).

Sedikitnya 18 SMA/SMK yang setuju dengan FDS menyampaikan beberapa alasan. Seperti, sudah terbiasa dengan sekolah sehari, agar bisa menciptakan kegiatan positif bagi siswa, membantu orang tua siswa yang sibuk bekerja sehingga siswa masih mendapat perhatian sekolah. Serta, agar lebih seksama memantau bakat siswa.

“Sekolah yang setuju di antaranya SMAN Klego, SMA BK 2 Boyolali, SMA 2 Boyolali, SMAN 1 Banyudono, SMA 1 Ngemplak, SMK Muhammadiyah 6 Simo, SMK Muhammadiyah 2 Andong, SMK Darul Fikri Andong, dan SMAN 1 Teras.”

Advertisement

“Banyak sekolah di perdesaan kalau pulang sore kesulitan transportasi umum.”

Ada juga alasan biaya karena jika tambah jam sekolah otomatis akan menambah biaya khususnya untuk makan siang. Mereka juga beralasan minimnya sumber daya manusia (SDM) sekolah untuk mengawal program tersebut.

“Selama ini banyak sekolah yang kekurangan biaya untuk membayar kesejahteraan guru dan karyawan, kalau jam sekolah di tambah tentu akan memberatkan.”

Advertisement

Beberapa sekolah yang tidak setuju FDS antara lain, SMK 1 Selo, SMK 1 Klego, SMAN 1 Andong, SMK Muhammadiyah 2 Andong, dan SMK Pandanarang.

Kepala Disdikpora Boyolali, Abdul Rohman, mengatakan jawaban sekolah yang disampaikan melalui kuisioner akan dikaji lebih dalam lagi. Sedangkan untuk menyikapi wacana Presiden Joko Widodo yang akan mengujicobakan FDS, Disdikpora juga akan berkoordinasi dengan seluruh kabid, setelah itu masing-masing bidang berkoordinasi dengan MKKS.

“Hasilnya akan kami resume untuk direkomendasikan kepada bupati sembari menunggu instruksi lebih lanjut dari kementerian.”

Advertisement

Saat ini, kata Abdul, sudah ada beberapa sekolah swasta yang sudah menerapkan FDS. Misalnya, sekolah islam terpadu (IT), sekolah Muhammadiyah program khusus, serta beberapa sekolah yang dikelola yayasan.

“Itu sekolah alternatif yang memang banyak dicari masyarakat saat ini. Meskipun sekolah sehari, tetapi tetap berjalan nyaman. Orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah sehari tentu ada pertimbangan khusus.”

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif