News
Rabu, 21 September 2016 - 14:43 WIB

Ahli Toksikologi Jessica Diduga Terlibat Pembunuhan di Amerika, Ini Kasusnya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dr Michael Robertson dalam pemberitaan di Herald Sun, 16 Juli 2014. (Istimewa)

Ahli toksikologi Jessica dari Australia, Dr Michael Robertson, diduga pernah terlibat pembunuhan “American Beauty” di San Diego, Amerika Serikat.

Solopos.com, JAKARTA — Saksi ahli toksikologi asal Australia, Michael Robertson, yang didatangkan kuasa hukum Jessica Kumala Wongso, diungkap masa lalunya oleh jaksa. Dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu (21/9/2016), terungkap bahwa dirinya pernah terkait kasus pembunuhan di San Diego, Amerika Serikat.

Advertisement

Hal itu terungkap saat jaksa Ardito Muwardi menunjukkan sebuah link situs berita online yang menyebutkan namanya dalam sebuah kasus pembunuhan oleh pelaku bernama Kristin Rossum.

“Dikeluarkan perintah penangkapan untuk Kristin Rossum. Pihak berwenang secara diam-diam mengajukan pengaduan adanya konspirasi yang merupakan pelanggaran berat dan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Michael Robertson, mantan bos dan kekasih dari terdakwa pembunuh Kristin Rossum. Robertson yang bekerja bebas sebagai konsultan, ditahan dengan denda 100.000 dolar AS apabila dia kembali ke AS,” kata Ardito membacakan isi berita tersebut.

Advertisement

“Dikeluarkan perintah penangkapan untuk Kristin Rossum. Pihak berwenang secara diam-diam mengajukan pengaduan adanya konspirasi yang merupakan pelanggaran berat dan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Michael Robertson, mantan bos dan kekasih dari terdakwa pembunuh Kristin Rossum. Robertson yang bekerja bebas sebagai konsultan, ditahan dengan denda 100.000 dolar AS apabila dia kembali ke AS,” kata Ardito membacakan isi berita tersebut.

Seketika persidangan terhenti untuk meminta konfirmasi dari Robertson. Ardito pun menanyakan apakah nama yang disebut dalam berita itu benar-benar Robertson. Robertson pun tidak menyangkalnya. Namun dia menyatakan tidak tahu kebenaran informasi di media itu.

“Saya tidak tahu informasi itu benar, karena ini dari koran,” katanya. Sidang pun akhirnya dilanjutkan meskipun Robertson mengakui namanya disebut-sebut dalam kasus itu.

Advertisement

Keterlibatan Robertson dalam kasus yang disebut sebagai “American Beauty murder” ini muncul saat dia menjadi saksi ahli meringankan untuk Gerard Baden-Clay. Gerard adalah terdakwa pembunuh Allison, istrinya sendiri. Dalam kesaksiannya, Robertson mengemukakan bukti adanya zat antidepressan dalam jumlah besar untuk menunjukkan bahwa kasus tersebut adalah murni bunuh diri.

“14 Tahun sebelum dia muncul sebagai saksi ahli meringankan untuk Gerard Baden-Clay, ahli toksikologi Australia Michael Robertson terlibat dalan kasus ‘American Beauty murder’,” tulis Daily Mail.

Berita itu menyebut bahwa pada 2002, Robertson terkait dengan kasus pembunuhan terhadap Greg. Dia diketahui memiliki hubungan asmara dengan seorang perempuan yang didakwa sebagai pembunuh dalam kasus itu, yaitu Kristin Margarethe Rossum. Hubungan tersebut terjalin pada 2000.

Advertisement

Kasus ini disebut sebagai American Beauty Murder karena modusnya mirip dengan kasus pembunuhan dalam film American Beauty (1999). Rossum sendiri pernah bekerja sebagai anak buah Robertson di San Diego County Office of the Medical Examiner. Di lembaga itu, Robertson menjadi kepala ahli toksikolog.

Rossum dihukum seumur hidup setelah dinyatakan bersalah dalam kasus pembunuhan terhadap De Villers, suaminya, menggunakan racun. De Villers dibunuh setelah mengancam akan mempublikasikan kecanduan narkoba Rossum dan hubungannya dengan Robertson.

Sebulan setelah pembunuhan tersebut, Robertson kembali ke Australia. Meskipun namanya disebut-sebut dalam pengadilan kasus itu, Robertson tidak pernah ditahan. Dia juga menyangkal terlibat dalam kasus itu.

Advertisement

Pada 25 Juni 2001, kepolisian San Diego menangkap Kristin dan disidang sejak Oktober 2002. Jaksa penuntut umum setempat menduga Robertson membantu Kristin mencuri fentanyl dari laboratorium untuk membunuh suaminya. Namun dalam pembelaannya, Rossum menyebut suaminya bunuh diri karena masalah rumah tangga.

Dalam pemberitaan media Australia, heraldsun.au, 16 Juli 2014, Robertson menyatakan bantahannya. Pria yang bekerja sebagai konsultan forensik di Brisbane ini mengatakan kasus itu muncul saat dirinya menjadi saksi ahli dalam kasus lain di AS. Robertson menganggap dirinya hanya mendapat dampak negatif dari sebuah isu hubungan di luar nikah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif