Jogja
Senin, 19 September 2016 - 15:20 WIB

PAWAI JOGJA : Berebut Bakpia di Tengah Guyuran Hujan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana rebutan bakpia dalam acara Merti Bakpia di Jalan KS. Tubun, Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Kota Jogja, Minggu (18/9/2016) sore.(Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Pawai Jogja untuk memperingati hari bakpia berlangsung meriah.

Harianjogja.com, JOGJA — Ribuan bakpia dikirab lalu dibagikan untuk warga, dalam acara Merti Bakpia 2016 di Jalan KS. Tubun, Ngampilan, Kecamatan Ngampilan Kota Jogja.

Advertisement

Langit tak lagi berwarna putih, pekatnya nyaris membuat kaki segera beralih. Dan rintik kecil air mulai menyapa, tetapi ribuan warga justru berkerumun di sepanjang Jalan KS. Tubun yang membentang dari timur ke barat, di sisi barat Malioboro, Kota Jogja, Minggu (18/9/2016) sore. Ratusan pasang mata sibuk menoleh ke timur di sepanjang jalan itu. Mereka menunggu peserta kirab bakpia yang baru sudah diberangkatkan mengitari Jalan Letjen Suprapto, Jalan Ahmad Dahlan, Jalan Bhayangkara, Kota Jogja.

Sore itu, kampung tempat berkembangnya oleh-oleh khas Jogja yang terkenal seantero negeri itu sedang melaksanakan hajatnya bertajuk Merti Bakpia, memasuki tahun kelima. Ada lima gunungan hasil karya 160 pelaku usaha bakpia dikirab dengan dikawal ratusan peserta pawai sebagai pelengkap hajatan. Tepat pukul 15.20 WIB, gunungan bakpia diberangkatkan dengan start dan finish di salahsatu lapangan di Jalan KS. Tubun.

Suasana rebutan bakpia dalam acara Merti Bakpia di Jalan KS. Tubun, Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Kota Jogja, Minggu (18/9/2016) sore.(Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Advertisement

Sebelum event itu digelar, para pelaku home industri bakpia bahu membahu untuk membuat gunungan itu selesai tepat waktu. Lebih dari 24 jam, gunungan bakpia basah itu dikerjakan. Tetapi panitia berani memastikan, bahwa seluruh bakpia yang dikirab dan diberikan kepada warga dalam keadaan segar. Pembuatan bakpia tersentral di dua titik dengan koordinasi yang sama agar kualitasnya sama. Berbeda dengan tahun sebelumnya, gunungan saat ini lebih didominasi kumbu kacang hijau.

“Kalau ditotal sekitar 22 kilogram kacang hijau [bahan untuk lima gunungan],” terang Mariyana, 45, salahsatu panitia pembuat gunungan bakpia, Minggu (18/9/2016) kemarin.

Bakpia itu dikemas dalam plastik klip. Kemudian ditempelkan ke konstruksi dalam bentuk gunungan dengan berbagai bentuk. Panitia berupaya meminimalisasi rebutan bakpia saat grebeg mulai digelar di titik finish. Dari lima gunungan, masing-masing dibagikan di sepanjang Jalan agar merata.

Advertisement

Akantetapi, sore kemarin, situasi kian tak kondusif. Ketika peserta kirab mulai tampak memasuki ujung timur Jalan KS. Tubun, mendung menumpahkan air secara bertubi-tubi. Hujan deras mengguyur, tetapi peserta kirab tetap bergeming di dalam barisan. Saat bersamaan, warga terutama anak-anak yang menanti tetap menyasar gunungan bakpia untuk berebut. Salahsatu gunungan bahkan ada yang sudah terkurangi jumlahnya karena jadi rebutan. Tetapi pemikul gunungan berusaha mempertahankan dengan mengangkat tinggi-tinggi gunungan agar tiba di titik yang ditentukan.

Hujan semakin deras, tibalah saatnya gunungan diletakkan di atas meja tengah jalan dan bakpia dibagi kepada warga. Belum selesai panitia membagi, bakpia menjadi rebutan ratusan warga. Mereka rela berbasah-basahan demi mendapatkan bakpia meski hanya satu biji. Saking banyaknya warga yang berebut, tak sedikit bakpia berjatuhan dan tak lagi bisa dimakan karena terinjak kaki dan melebur ditelan derasnya air hujan.

Meski dari tahun ke tahun event digelar nyaris sama, namun para pelaku usaha bakpia meyakininya mampu mendongkrak wisatawan untuk datang ke KS Tubun memborong bakpia mereka. Jumlah bakpia yang membedakan dari tahun ke tahun, jika sebelumnya hanya sekitar 15.000 biji bakpia, sore kemarin nyaris 20.000 bakpia karena ada dua gunungan besar yang disebut dengan gunungan lanang dan wadon. Selain mampu mendatangkan wisatawan, merti bakpia itu secara nyata mampu mempersatukan para pelaku home industri oleh-oleh khas Jogja itu. Lebih penting lagi bagi mereka, merti itu digelar sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan, sehingga membagikan bakpia secara gratis.

“Daya beli memang pasang surut, tetapi dampaknya positif, sejak digelar acara ini, sekarang banyak yang memproduksi juga,” ungkap Wagiman, salahsatu panitia Merti Bakpia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif