Soloraya
Sabtu, 17 September 2016 - 21:00 WIB

WISATA KARANGANYAR : Grebeg Lawu, Pentas Kreativitas untuk Sedot Wisatawan

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siswi SMPN 1 Gondangrejo, Karanganyar, unjuk kebolehan dalam acara Gebyar Seni Pasar Kumandang Grebeg Lawu 2016 di tanah lapang Desa Dayu, Gondangrejo, Sabtu (17/9). (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Grebeg Lawu 2016 di Desa Dayu, Gondangrejo, Karanganyar, Sabtu (17/9/2016).

Solopos.com, KARANGANYAR – Seperangkat gamelan langsung ditabuh begitu Bupati Karanganyar, Juliyatmono, duduk di kursi bagian depan rombongan para tamu dan undangan. Tangan-tangan kecil siswa SDN 02 Selokaton bergerak lincah di antara seperangkat alat musik tradisional Jawa itu.

Advertisement

Seolah tak mau kalah, sebanyak 99 siswi SMPN 1 Gondangrejo mulai menari mengikuti alunan gending Jawa. Mengenakan busana warna oranye yang dipadukan jarik batik untuk bawahan, para gadis itu seperti bidadari yang baru saja turun dari kahyangan.

Saking banyaknya jumlah penari, mereka dibagi di tiga lokasi menari. Sebagian menari di panggung kehormatan, sebagian lagi di depan panggung, serta di antara para tamu dan undangan. Dengan bertelanjang kaki, anak-anak itu membawakan Tari Batik Dayu.

Advertisement

Saking banyaknya jumlah penari, mereka dibagi di tiga lokasi menari. Sebagian menari di panggung kehormatan, sebagian lagi di depan panggung, serta di antara para tamu dan undangan. Dengan bertelanjang kaki, anak-anak itu membawakan Tari Batik Dayu.

Demikian sedikit gambaran acara pembukaan Gebyar Seni Pasar Kumandang Grebeg Lawu 2016 di tanah lapang Desa Dayu, Gondangrejo, Karanganyar, Sabtu (17/9/2016) jam 09.30 WIB. Kegiatan tersebut untuk menyemarakkan kampung purba dan museum Dayu.

Grebeg Lawu merupakan calendar event Karanganyar yang digelar di lokasi berbeda saban tahun. Tahun lalu acara yang sama digelar di objek wisata Grojogan Sewu, Tawangmangu. Acara yang sama bakal digelar di lokasi yang berbeda lagi tahun depan.

Advertisement

“Kami mengambil inspirasi pasar tradisional jaman dulu, yang suara aktivitasnya berkumandang sampai ke mana-mana. Semoga kampung purba dan museum Dayu semakin ramai dikunjungi wisatawan,” ujar Kepala Disparbud Karanganyar, Tarsa, diwawancara Solopos.com.

Dia mengakui jumlah wisatawan turun signifikan sejak pemberlakuan tiket masuk museum. Bila tahun 2015 jumlah wisatawan bisa mencapai 60.000 orang, tahun ini ditargetkan 30.000 orang. “Museum Dayu relatif lebih ramai dibandingkan klaster lain,” kata Tarsa.

Harga tiket masuk museum yakni Rp5.000 per orang. Pendapatan dari tiket masuk dibagi untuk Pemkab Karanganyar 60 persen, dan 40 persen untuk Balai Pelestarian Manusia Purba Sangiran. “Semoga event ini bisa mendongkrak jumlah wisatawan,” harap dia.

Advertisement

Pernyataan senada disampaikan Bupati Karanganyar, Juliyatmono. Dia berharap semakin menggeliatnya kampung purba Dayu bisa menyedot wisatawan yang selama ini berorientasi ke museum manusia purba di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen.

Menurut dia warga Dayu dan sekitarnya bisa mendapatkan nilai lebih dari semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Dayu. Arahnya peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Kita terus kembangkan kampung purba, semoga kian menarik para wisatawan,” terang dia.

Sementara sejumlah pengunjung mengkritik penyelenggaraan Grebeg Lawu 2016. Mereka menilai kegiatan tersebut kurang greget, mulai dari kirab hingga pentas seni di panggung kehormatan. Hal tersebut dibuktikan dengan minimnya jumlah penonton.

Advertisement

“Kurang greget. Lihat saja, penontonnya tak ada. Yang datang ya cuma yang ikut acara, baik kepala desa, para siswa, dan warga sekitar. Acara ini belum menarik wisatawan. Mungkin karena sosialisasi masih kurang, ” tutur Prasetyo, salah satu pengunjung.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif