News
Rabu, 14 September 2016 - 13:48 WIB

SIDANG KOPI BERSIANIDA : Ahli Toksikologi Jessica Berani Ragukan Hasil Uji Labfor

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Reaksi Jessica Kumala Wongso dan Otto Hasibuan mendengar pernyataan Kombes Pol. Nursamran. (Youtube.com)

Sidang kopi bersianida kembali berbalik arah. Ahli toksikologi kubu Jessica meragukan hasil uji Labfor soal racun sianida di kopi Mirna.

Solopos.com, JAKARTA — Saksi ahli toksikologi yang dihadirkan kuasa hukum Jessica Kumala Wongso, Dr. Budiawan, memberikan kesaksian yang kembali melemahkan kesimpulan bahwa Wayan Mirna Salihin keracunan sianida. Agak berbeda dengan para saksi sebelumnya, kali ini Budiawan mempertanyakan hasil penelitian Laboratorium Forensik terhadap barang bukti.

Advertisement

Saat pengacara Jessica, Otto Hasibuan, menunjukkan kandungan zat beracun seperti arsen dan sianida dalam 7 barang bukti (BB). BB 1 (sisa kopi Mirna dalam gelas) menunjukkan ada konsentrasi ion sianida 7.400 mg/l dan ion natrium 7857 mg/liter, dan BB 2 (sisa kopi Mirna dalam botol) mengandung konsentrasi ion sianida 7.900 mg/l dan ion natrium 9.142 mg/l.

Meski data itu dihasilkan oleh Labfor, Budiawan mempertanyakan data itu. “Bagi saya ini membingungkan, metodenya apa ini? Membingungkan karena ada banyak zat yang bersifat toksik. Misalnya arsen negatif, iya, pestisida negatif. Tapi yang mana pestisidanya? Ada banyak. Saya tidak mendapatkan data yang sewajarnya, metodenya apa?” kata Budiawan saat bersaksi di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu (14/9/2016).

Budiawan mengatakan seharusnya data itu juga dilengkapi metode apa yang dipakai untuk meneliti kandungan sianida itu. Selain itu, dia mengaku heran dengan tingginya konsentrasi sianida dalam sisa kopi Mirna itu. Baca juga: Toksikolog Kubu Jessica akan Bersaksi, Ini yang Dipertaruhkan.

Advertisement

“Kemudian kita bicara kualitatif sianida. Di BAP ini, disebutkan ada 7.400-7.900 ppm, itu terlalu besar gas sianidanya. Ketika bicara 7.400 mg/l, menurut ATSDR, ini lembaga dunia CDC, 0,8-4 mg/l saja itu sudah bisa dilihat,” katanya. Baca juga: Ayah Mirna Sebut Dr. Djaja yang Memaksa Jenazah Diformalin.

Dengan alasan itulah, untuk membaui sianida hanya diperkenankan normalnya 0,2-10 ppm. Bahkan menurutnya, sianida dengan konsentrasi sebesar itu baunya bisa ke mana-mana dan bisa menyebabkan kematian di sekitarnya. “Seharusnya evakuasi darurat harus dilakukan, karena sangat berbahaya. Bau gasnya ke mana-mana itu, di lingkungan terdekat. Kematian bisa terjadi,” katanya.

Dengan mengabaikan data-data itu, Budiawan lebih suka mempertimbangkan data-data yang ada di cairan sampel lambung, hati, empedu, dan urine. Dari BB yang diambil dari organ Mirna tersebut, ion sianida negatif kecuali di lapisan dalam lambung yang terdapat konsentrasi sianida 0,2 mg/liter.

Advertisement

Budiawan cenderung mencurigai ada efek bakteri tiosianin yang mampu mengubah menghasilkan sianida dalam tubuh. Dia juga menyatakan apa yang dimakan Mirna sebelumnya juga bisa menimbulkan sianida. Budiawan juga lebih memilih cairan lambung Mirna yang negatif sianida itu sebagai bukti utama.

“Yang pertama inilah yang jadi golden evidence, karena tak ada intervensi. Yang 0,2 mg/liter itu bisa jadi karena intervensi atau alami. Saya sepakat ahli lain, bahwa itu akibat intervensi post mortem,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif