Soloraya
Rabu, 14 September 2016 - 18:15 WIB

PDAM SOLO : Air PDAM Mati, Warga Semanggi Beli Air Galon Rp18.000/Hari

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi air PDAM (JIBI/Solopos/Dok.)

PDAM Solo pelayanannya tak dinikmati warga Semanggi, Pasar Kliwon beberapa waktu terakhir.

Solopos.com, SOLO – Sejumlah warga di Kampung Losari, Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, terpaksa mengeluarkan uang hingga Rp18.000 per hari untuk membeli air galon selama distribusi air bersih dari PDAM Solo macet sejak Sabtu (3/9/2016) lalu.

Advertisement

Salah satu warga RT 006/RW 001 Semanggi, Suti, 33, mengaku terpaksa membeli air galon setiap hari karena distribusi air bersih dari PDAM yang mengalir ke rumahnya macet. Dia membeli air dua galon sampai tiga galon setiap hari. Suti memanfaatkan air galon sebagai pengganti air bersih dari PDAM untuk mencukupi kebutuhan minum dan memasak.

“Air dari PDAM mati. Sekarang saya harus membeli air galon untuk minum dan memasak. Saya memilih langsung membeli air isi ulang agar tidak perlu dimasak lagi. Harganya Rp6.000 per galon. Sedangkan saya setiap hari membutuhkan air dua galon sampai tiga galon sehari. Sebulan bisa kekuar uang Rp300.000 lebih,” kata Suti saat ditemui Solopos.com di Losari, Rabu (14/9/2016).

Selain di rumah, Suti menggunakan air galon tersebut untuk kebutuhan memasak di warung makannya. Disinggung soal air bantuan dari PDAM yang dikirim menggunakan mobil tangki ke Losari, dia menilai, jumlahnya terbatas. Warga harus saling berbagi. Air bantuan dari PDAM tersebut juga digunakan untuk mencuci. Menurut dia, warga enggan menggunakan air sumur untuk mimum, memamasak, maupun mencuci karena berwarna.

Advertisement

“Kebanyakan warga Losari mengandalkan air dari PDAM. Air sumur jarang digunakan warga karena keruh dan berwarna. Apabila air sumur digunakan untuk menanak, nasi akan berubah menjadi kebiru-biruan. Air sumur tidak layak untuk dikonsumsi. Apabila air sumur digunakan untuk mencuci, pakaian berubah kekuningan,” jelas Suti.

Suti menyampaikan kelangkaan air dari PDAM sebenarnya terasa sejak tiga bulan yang lalu. Kondisi air awalnya hanya tidak mengalir dengan normal atau dengan debit yang sedikit. Namun, lanjut dia, lama-kelamaan air dari PPDAM itu benar-benar tidak menyala hingga sekarang.

Warga RT 003/RW 003 Semanggi, Lilik Ruly Wiyati, 44, menuntut PDAM segera memperbaiki instalasi distribusi air ke ratusan rumah warga Losari. Menurut dia, warga mulai lelah dengan dampak krisis air yang terjadi sejak lebih dari sepekan lalu, Sabtu (3/9) siang. Warga harus mengantre setiap hari untuk memperoleh air bersih yang dikirim PDAM menggunakan mobil tangki.

Advertisement

“Sudah sepekan lebih air yang masuk ke rumah warga belum juga hidup. Kami masih dikirim air dari PDAM dengan menggunakan mobil tangki. Air bantuan itu langsung dimasukan ke dalam tandon air. Warga yang ingin mendapat air harus datang ke lokasi tandon air. Selain mengantre, kami juga masih harus mengangkut air ke rumah,” kata Ruly.

Ruly menyampaikan warga juga mulai kewalahan harus terus membeli air galon selama distribusi air PDAM ke rumah macet. Warga perlu membeli air galon untuk menambah pasokan air bantuan dari PDAM guna mencukupi kebutuhan minum dan memasak setiap hari. Menurut dia, banyak warga Losari yang memilih membeli air isi ulang siap minum seharga Rp6.000 per galon.

“Saya membeli air galon setiap hari. Kebutuhan saya tidak terlalu banyak, hanya satu galon per hari. Di rumah soalnya hanya tiga orang. Kasihan warga yang membutuhkan air banyak untuk minum dan memasak. Warga Losari banyak yang mengandalkan air dari PDAM. Kami tidak tahu, kenapa air sumur tidak jernih,” terang Ruly.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif