Jogja
Rabu, 14 September 2016 - 01:40 WIB

GUMUK PASIR BANTUL : Restorasi Gumuk Karena Dawuh Kraton

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gumuk Pasir Parangkusumo (jogja.co)

Kebijakan restorasi gumuk tersebut menurutnya karena instruksi dari Kraton Jogja terkait keistimewaan DIY.

Harianjogja.com, BANTUL- Ilmuan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Sunarto memastikan, tidak ada alasan ekologis yang mendesak terkait pembersihan zona inti gumuk pasir di Desa Parangtritis, Kretek. Kebijakan restorasi gumuk tersebut menurutnya karena instruksi dari Kraton Jogja terkait keistimewaan DIY.

Advertisement

Guru Besar Fakultas Geografi UGM Prof Sunarto mengatakan, dirinya mendapat dawuh alias perintah dari Kraton Jogja untuk membersihkan gumuk pasir. “Ini [karena alasan] keistimewaan Jogja. Jadi Sultan Hamengku Buwono X menghendaki perspektif keistimewaan ditonjolkan,” ungkap Sunarto saat media ini menanyakan apakah ada masalah lingkungan yang mendesak terkait restorasi gumuk pasir, Selasa (13/9/2016) di Parangtritis.

Menurut Sunarto, keberadaan gumuk pasir tersebut ingin dikembalikan seperti kondisi awalnya yang bersih dari vegetasi dan bangunan. Dikatakannya, keberadaan gumuk pasir tersebut menyatu dengan kawasan budaya Cepuri yang berada dekat dengan zona inti.

Di Cepuri terdapat Watu Gilang yang konon menjadi tempat duduk Danang Sutawijaya pendiri Kesultanan Mataram. “Itu [Danang Sutawijaya saat mendirikan Kesultanan] menghadapi gejolak masyarakat, digambarkan dengan gejolak gelombang laut. Disamping gelombang laut juga ada gejolak lain tapi tidak sebesar gelombang laut, tapi gejolak kecil yaitu gumuk pasir. Ya [alasan restorasi gumuk] keistimewaan bukan darurat lingkungan,” papar dia.

Advertisement

Kraton lalu menggandeng UGM untuk merealisasikan restorasi gumuk. Fakultas Geografi dianggap dapat memberi perspektif dari sisi lingkungan apabila gumuk dipertahankan. Sultan kata dia bahkan telah menyetujui pembentukan Badan Pengelola Gumuk Pasir Parangtritis dimana Sunarto ada di dalamnya.

Sunarto menyebut kebijakan itu serasi dengan falsafah Hamemayu Hayuning Bawana yang tidak meninggalkan keselarasan lingkungan. Menurut dia keberadaan gumuk pasir tersebut dapat menghalau tsunami. Namun ia juga membenarkan bahwa ribuan pohon yang kini tumbuh di gumuk pasir dapat melindungi lahan pertanian warga dari timbunan pasir yang terbang dibawa angin laut.

Ditambahkannya, restorasi akan menolerir lahan pertanian di wilayah utara gumuk. Yaitu dengan mempertahankan pohon-pohon keras sebagai penghalang angin. Namun untuk pohon yang berada di wilayah selatan atau dekat dengan bibir pantai tidak dapat ditolerir keberadaannya. “Karena angin datangnya dari laut, kalau ada pohon yang menghalangi bagaimana. Kalau dari utara enggak masalah ada pohon,” imbuhnya lagi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif