Jogja
Rabu, 14 September 2016 - 10:10 WIB

BANDARA KULONPROGO : WTT Tak Tergiur Nominal Fantastis Ganti Rugi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Widodo, Humas PPLP KP dan Martono, Ketua WTT saat membacakan pernyataan sikap sebagai pertanda konsolidasi resmi antara dua komunitas warga penolak proyek di pesisir Kulonprogo pada Selasa (10/5/2016). (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Bandara Kulonprogo akan memberikan ganti rugi pada warga yang terdampak

Harianjogja.com, KULONPROGO-Warga penolak pembangunan Bandara Temon yang tergabung dalam Wahana Tri Tunggal (WTT) menegaskan sikapnya dengan enggan menghadiri undangan pencairan ganti rugi.

Advertisement

Bahkan, sejumlah warga yang terdiri dari para petani ini sama sekali tidak ambil pusing akan besaran ganti rugi yang mungkin mereka dapatkan.

Ketua WTT, Martono menyatakan bahwa pihaknya tetap konsisten menolak keberadaan bandara tanpa syarat sampai kapan pun. Sikap tersebut ditunjukkan dengan penolakan untuk mengikuti tahapan apapun terkait ganti rugi lahan milik warga.

Meski mengetahui bahwa nilai ganti rugi lahan warga WTT tetap dimunculkan oleh tim apparaisal namun Martono menyatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui secara detail nilai ganti rugi yang akan didapat.

Advertisement

Menurutnya, pihaknya tetap tidak mau tahu mengenai rincian angka ganti rugi tersebut karena memang tidak mau mencari tahu. Selan itu, sejumlah warga ini kini tetap konsisten bertani sebagaimana yang dilakukan sebelumnya.

“Sepertinya nilainya [ganti rugi] tinggi tapi kita tetap tidak tergiur,” tegasnya ditemui di Desa Palihan, Selasa (13/9/2016).

Ia menjelaskan bahwa pihaknya memang sama sekali tidak ambil pusing dengan seluruh tahapan yang sedang berlangsung. Sejauh ini, pihaknya sama sekali tidak melayangkan gugatan ke pengadilan sama sekali.

Advertisement

Selain itu, sejumlah penggarap Paku Alam Ground (PAG) di kubu WTT sendiri tidak mengajukan tuntutan akan kompensasi sebagaiamana yang diminta oleh penggarap PAG lainnya.

Lebih lanjut, ia menguaraikan bahwa sebagian besar anggota WTT merupakan pemilik lahan pribadi di kawasan tersebut. Paling tidak, lahan seluas 60 hingga 80 hektare terdampak bandara merupakan lahan pribadi warga WTT. Selain itu, lahan garapan warga WTT juga mencakup 20 hektare PAG yang sebagian besar berada di Desa Glagah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif