Soloraya
Senin, 12 September 2016 - 13:15 WIB

DEMAM BERDARAH KARANGANYAR : 4 Orang Meninggal Dunia karena DBD

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar demam berdarah. (JIBI/Solopos/Dok.)

Demam berdarah Karanganyar menunjukkan peningkatan pada bulan ini.

Solopos.com, KARANGANYAR – Serangan demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Karanganyar tahun 2016 melonjak tajam. Hingga Jumat (2/9/2016) lalu tercatat telah terjadi 511 kasus DBD.

Advertisement

Sedikitnya empat orang meninggal dunia karena penyakit tersebut. Angka tersebut diprediksi akan terus bertambah. Padahal jumlah kasus DBD tahun 2015 sekitar 511 kasus, dan korban meninggal tiga orang.

Informasi itu disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar, Fatkhul Munir, ditemui Solopos.com, Senin (12/9/2016).

Advertisement

Informasi itu disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar, Fatkhul Munir, ditemui Solopos.com, Senin (12/9/2016).

“Peningkatan jumlah kasusnya signifikan sekali tahun ini. Empat korban meninggal semuanya kategori anak-anak. Saya tidak hafal, tapi salah satunya dari Kecamatan Jaten,” tutur dia.
Munir menjelaskan melonjaknya kasus DBD tidak lepas dari anomali cuaca beberapa waktu terakhir. “Cuacanya kan panas-hujan, panas-hujan. Kondisi ini sangat berpengaruh,” imbuh dia.

Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dinilai Munir juga menjadi faktor pemicu. Gerakan bersih-bersih lingkungan yang dilakukan hanya sporadis.
“Kematangan masyarakat untuk melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan secara konsisten masih kurang. Kegiatan peduli lingkungan yang dilakukan masih bersifat sporadis,” ujar dia.

Advertisement

Munir mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan dengan menjaga kebersihan lingkungan. Metode paling tepat yaitu pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan pola tiga M plus.

Munir juga meminta partisipasi aktif kepala desa (kades) dan lurah, serta perangkat desa lainnya, untuk mendorong kewaspadaan dini masyarakat terhadap berbagai penyakit.

Dia mencontohkan terobosan yang dilakukan Pemdes Nangsri, Kebakkramat. “Mulai tahun ini di Nangsri dibentuk kader pemantau jentik yang difasilitasi menggunakan APBDes,” ujar dia.

Advertisement

Terpisah, Kades Nangsri, Sukarni, saat dihubungi Solopos.com melalui ponsel, mengakui memberikan perhatian lebih untuk program pengendalian penyakit menular, termasuk DBD.
Pemdes Nangsri mengalokasikan dana dari APBDes 2016 untuk pengadaan fasilitas pemantauan jentik, seperti senter.

“Kita alokasikan anggaran untuk kesuksesan program ini,” kata dia.

Pengalokasian anggaran dilakukan lantaran Nangsri merupakan daerah endemis DBD. Selain dana program penanggulangan DBD, dialokasikan juga dana program anti-HIV/Aids.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif