Jogja
Minggu, 11 September 2016 - 22:20 WIB

PAMERAN SENI : Melihat "Rasa Muda" dalam Perupa Muda 2016

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pengunjung melihat salah satu karya lukisan yang dihasilkan puluhan perupa muda di Bale Banjar Sangkring Art Space, Kasihan, Bantul, Sabtu (10/9/2016). (Bhekti Suryani/JIBI/Harian Jogja)

Pameran seni Perupa Muda 2016 membuktikan karya seni perupa muda

Harianjogja.com, BANTUL- Sebanyak 45 karya seni hasil kreativitas perupa muda dipamerkan di Bale Banjar Sangkring Art Space Kasihan, Bantul. Karya menampilkan kekhasan anak muda masa kini.

Advertisement

Pameran bertajuk Perupa Muda 2016 itu akan dibuka pada 11 September malam dan berakhir sebulan kemudian 11 Oktober 2016. Sebanyak 45 karya seni lukis, instalasi, patung, video, batik dan fotografi dipamerkan selama sebulan.

Ajar Ardianto panitia pameran mengatakan, pihaknya membuka keterlibatan seniman-seniman muda yang ingin bergabung dalam pameran yang kali pertama digelar itu. “Ada 100-an karya yang masuk, akhirnya ada 45 yang terpilih setelah melalui seleksi,” ungkap Ajar Ardianto, Sabtu (10/9/2016).

Advertisement

Ajar Ardianto panitia pameran mengatakan, pihaknya membuka keterlibatan seniman-seniman muda yang ingin bergabung dalam pameran yang kali pertama digelar itu. “Ada 100-an karya yang masuk, akhirnya ada 45 yang terpilih setelah melalui seleksi,” ungkap Ajar Ardianto, Sabtu (10/9/2016).

Selain mempertimbangkan kualitas karya dalam proses seleksi, panitia hanya memilih karya dari perupa-perupa muda. Hasilnya terpilih 45 karya yang dibuat anak-anak muda mulai dari usia 20 tahun hingga 32 tahun.

“Mereka yang ikut kebanyakan dari ISI [Institut Seni Indonesia] Jogja. Ada yang kuliahnya angkatan 2004 hingga angkatan 2015,” ujarnya lagi.

Advertisement

Setiap zaman menurut Adi memiliki warna tersendiri bagi karya-karya seni dan bagi seniman khususnya. Anak-anak muda masa kini kata dia dekat dengan teknologi dan perkembangan informasi. Salah satu lukisan berjudul Dead Pixel karya Prisman Nazara diantaranya mencerminkan bagaimana nuansa anak muda masa kini masuk dalam sebuah karya lukisan.

Prisman Nazara membuat lukisan seorang lelaki mirip dengan foto pixel yang biasa dihasilkan oleh teknologi komputer. Ia merajut kanvas menjadi anyaman untuk membentuk pixel lalu menggambar wajah manusia.

“Jadi, seniman muda itu memindahkan pengetahuan soal teknologi yang biasa dimiliki anak-anak muda sekarang ke dalam sebuah lukisan. Tapi enggak cuma memindahkan teknologi itu namun juga memasukkan rasa. Seniman zaman dahulu mana mungkin menghasilkan karya seperti itu,” jelasnya lagi.

Advertisement

“Rasa” anak muda juga dapat ditemukan di hampir seluruh karya seni yang banyak mengakomodasi  beragam warna cerah pada karya mereka. Namun Adi memaklumi karya-karya anak muda itu masih  belum banyak yang matang dari sisi filosofis, lantaran mereka baru sebatas berlatih dan mencari jati diri.

Soal kedalaman filosofi sebuah karya serta relevansinya untuk konteks kekinian, para perupa muda kata dia membutuhkan waktu yang panjang untuk belajar dan mematangkan diri. “Kalau tiba-tiba mereka sudah matang [soal filosofi karya] justru saya akan kaget. Hal semacam itu butuh waktu yang tidak sebentar dan berproses,” paparnya lagi.

Penyeleksi lainnya Yasa Agus mengatakan, pameran perupa muda itu untuk menghidupkan lagi event pameran seniman-seniman muda yang pernah hidup pada 1990-an namun lenyap pada 2001.

Advertisement

Pameran semacam ini dinilai memiliki banyak dampak positif. Selain menjadi ajang menumbuhkan bibit-bibit baru di kalangan seniman, sekaligus menjadi ajang memperkaya potensi-potensi seni di Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif