News
Sabtu, 10 September 2016 - 17:00 WIB

Beasiswa Pasiad Mandek, Nasib 215 Mahasiswa Indonesia di Turki Terkatung-Katung

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Turki menduduki sebuah tank di Bandara Ataturk di Istanbul, Turki, Sabtu (16/7/2016). (JIBI/Reuters)

Nasib ratusan mahasiswa Indonesia di Turki kini terkatung-katung lantaran beasiswa Pasiad untuk mereka mandek.

Solopos.com, ISTANBUL — Sebanyak 215 mahasiswa Indonesia di Turki masih menanti kelanjutan studi mereka pasca-kudeta militer yang gagal pada 15 Juli 2016 silam. Nasib mereka, khususnya kelanjutan kuliah mereka, hingga kini masih terkatung-katung.

Advertisement

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Turki Wardhana mengatakan 215 mahasiswa dari total 248 penerima beasiswa PASIAD tersebut saat ini masih belum dapat melanjutkan studinya. Pasalnya, yayasan pemberi beasiswa itu dianggap berafiliasi dengan Fethullah Gulen yang dituding menjadi dalang kudeta.

“Padahal 97 diantaranya sudah masuk semester tujuh yang artinya pertengahan tahun depan sudah lulus mestinya, ujarnya di hadapan rombongan sejumlah wartawan dari Tanah Air yang diundang oleh Turkish Airlines, Jumat (9/9/2016) sore waktu setempat.

Wardhana menjelaskan pihaknya sejauh ini terus mengupayakan nasib ratusan mahasiswa tersebut. Sejauh ini, katanya, KBRI telah menjajaki berbagai alternatif solusi dengan pemerintah pusat maupun daerah. Melalui pemda misalnya, sudah ada solusi yang bisa dijadikan alternatif rujukan untuk memberikan beasiswa pemda.

Advertisement

Pemerintah daerah itu di antaranya Aceh (57 mahasiswa), Jawa Tengah (23 mahasiswa), dan Kalimantan Timur (35 mahasiswa). Sejak kudeta gagal pada 15 Juli, nasib 248 mahasiswa penerima beasiswa Pasiad memang terancam karena terpaksa harus berpindah pondokan. Sebagian di antaranya, sekitar 43 pelajar, ditampung di Wisma Duta milik KBRI di Ankara sejak 18 Juli.

Jumlah mahasiswa Indonesia di Turki tercatat total 738 mahasiswa, baik yang mendapat beasiswa dari Pemerintah Turki, Pasiad maupun biaya sendiri. Sejauh ini, pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan masih terus melakukan pembersihan seiring dengan penerapan status darurat selama 90 hari sejak 18 Juli.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif