Jogja
Kamis, 8 September 2016 - 13:20 WIB

PERTANIAN GUNUNGKIDUL : Musim Tanam Ketiga Minim Air, Petani Andalkan Varietas Genjah

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi persiapan bibit padi. (JIBI/Solopos/Antara/Umarul Faruq)

Pertanian Gunungkidul menyesuaikan musim

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Memasuki musim tanam ketiga tahun ini para petani bersiap melakukan sejumlah perawatan untuk tanaman padi. Persiapan diantara lain yakni memperhatikan ketersediaan air untuk pengairan sawah.

Advertisement

Ketua Sub Bidang Tanaman Pangan Kelompok Tani Ngudi Subur Dusun Plumbungan, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Yunus Suwardi mengatakan hasil panen padi di musim tanam ketiga diprediksi tak sebaik musim tanam kedua. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh musim kemarau basah sehingga hujan datang tak menentu.

“Kalau dibandingkan MT 2 [musim tanam kedua] sepertinya akan kurang memuaskan hasilnya, karena ketersediaan air yang kurang melimpah,” kata Suwardi, Selasa (6/9/2016).

Ia mengatakan, hal tersebut terjadi untuk tanaman lokal saja sedangkan di beberapa wilayah di Patuk diprediksi masih dapat mencukupi kebutuhan air. Khusus di wilayahnya, antisipasi lahan kering masih terus dilakukan saat musim tak menentu seperti saat ini. Solusinya, bersama petani lainnya, Suwardi memilih untuk menanam padi dengan varietas tertentu yang tahan kekeringan dan berumur pendek.

Advertisement

“Di saat kurang debit air, kami siasati dengan menanam varietas padi berdasarkan umur,” kata dia.

Ia menjelaskan, untuk mengantisipasi kekeringan sejumlah varietas padi berumur pendek  dipilih diantaranya Inpari 19 dan Inpari 64. Dibandingkan dengan varietas Ciherang, menurutnya, kedua jenis tersebut cocok ditanam saat musim kemarau. Dengan upaya tersebut ia berharap dapat memaksimalkan hasil panen di musim tanma ketiga saat ini.

Ketua umum kelompok tani Ngudi Subur, Slamet Raharjo pun mengatakan hal serupa. Petani di kelompoknya wajib melakukan penanaman tanaman padi dengan varietas genjah (berumur pendek). Hal tersebut telah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh kelompok tani untuk mengantisipasi kekeringan.

Advertisement

Selain itu, ia pun mengatakan sejumlah persiapan yang dilakukan petani yakni untuk mengatasi sejumlah serangan hama maupun penyakit pada tanaman padi. Untuk hama, wereng masih menjadi musuh utama sehingga petani harus siaga memperhatikan tanaman padi. Sedangkan untuk penyakit, jenis busuk leher yang biasa disebut patah leher atau blas pun masih berupaya dicegah salah satunya dengan memberikan obat pembasmi jamur.

“Biasanya kalau panen padi yang sudah digiling menjadi beras bisa mencapai lima kuintal Tapi jika sudah terserang patah leher cuma sanggup panen satu sampai tiga kuintal saja,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif