Soloraya
Kamis, 8 September 2016 - 17:40 WIB

CAGAR BUDAYA SOLO : Dalem Kalitan Jadi Destinasi Heritage Tourism, Keluarga Cendana Konsultasi ke Pemkot

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Cagar budaya Solo, keluarga Cendana berencana memanfaatkan Dalem Kalitan jadi destinasi Heritage Tourism.

Solopos.com, SOLO–Keluarga Cendana berencana memanfaatkan Dalem Kalitan untuk destinasi Heritage Tourism. Wacana pemanfaatan bangunan cagar budaya (BCB) tersebut baru memasuki tahapan konsultasi ke Pemkot.

Advertisement

“Utusan keluarga Cendana belum lama ini mendatangi kami. Mereka baru sebatas tanya-tanya,” kata Kepala Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Solo Agus Djoko Witiarso ketika berbincang dengan Solopos.com, Kamis (8/9/2016).

Agus mengatakan pihak keluarga berencana memanfaatkan Dalem Kalitan. Namun bagaimana konsep pemanfaatan, Agus mengaku belum tahu pasti. Pemkot hanya mendorong keluarga Presiden Kedua RI Soeharto untuk memfungsikan Dalem Kalitan sebagai salah satu tujuan wisata di Solo. Hal itu merupakan salah satu upaya Pemkot menjadikan Kota Solo sebagai salah satu destinasi Heritage Tourism.

“Kami mendorong agar potensi bangunan heritage itu bisa difungsikan dengan baik dan produktif. Dan dorongan itu disampaikan saat pertemuan dengan pihak utusan keluarga,” kata dia.

Advertisement

Mengenai konsep pemanfaatannya, Agus mengatakan Pemkot menyerahkan sepenuhnya pada pihak keluarga. Hanya konsep tersebut harus dikomunikasikan kepada pihak Pemkot selaku pembuat kebijakan. “Dalem Kalitan bisa dimanfaatkan misalnya untuk Monumen Pembangunan Soeharto,” katanya.

Saat ini, Agus mengatakan akan memetakan BCB yang bersifat privat di Kota Bengawan. Pemkot ingin mendorong pemanfaatan bangunan menjadi wisata budaya yang sejalan dengan pengembangan heritage tourism. Keberadaan bangunan privat yang termasuk dalam kategori bangunan cagar budaya banyak tersebar di Kota Solo. “Tapi kita tak punya data pastinya. Sekarang kami mulai memetakan mana saja bangunan privat itu,” kata Agus.

Agus mengakui  tak sedikit bangunan privat kategori cagar budaya yang belum termanfaatkan secara maksimal. Padahal bangunan tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai wisata budaya. Agus mencontohkan bangunan Omah Lawa yang kini belum termanfaatkan secara optimal. Semula Pemkot berencana menjadikan bangunan Omah Lawa menjadi Museum Batik. Namun wacana tersebut batal karena Pemkot gagal mengakuisisi bangunan Omah Lawa.

Advertisement

“Omah Lawa dimiliki perseorangan. Jadi kami hanya bisa mendorong pemilik bangunan agar bisa memanfaatkannya secara produktif,” katanya.

Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo mengaku prihatin dengan masih banyaknya lahan dan bangunan milik perseorangan tersebar di Kota Solo yang kondisinya mangkrak. Bangunan itu di antaranya lahan di samping Luwes Ngapeman, bangunan selatan perempatan Jornasan Pucangsawit dan lain sebagainya. Disisi lain, Rudy mengaku Pemkot  kesulitan untuk mengintervensi keberadaan bangunan-bangunan tersebut, karena bukan aset daerah. Intervensi dalam bentuk perawatan dan pemanfaatan bangunan tidak bisa dilakukan karena terhambat status kepemilikan lahan.

“Banyak lahan dan bangunan milik pribadi yang mangkrak. Kalau ini tidak dimanfaatkan kesannya menjadi kumuh,” katanya. Rudy berencana memanggil pemilik lahan dan bangunan untuk membahas pemanfaatan bangunan tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif