Soloraya
Selasa, 6 September 2016 - 18:19 WIB

Waspada! Indoktrinasi Terorisme Mulai Menyentuh Anak-Anak Lewat Medsos

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para anggota pasukan gabungan TNI dan Polri mengadakan simulasi penyerangan dengan melewati rintangan berapi dalam rangkaian apel kesiagaan BNPT bersama TNI dan Polri dalam mengamankan daerah dari ancaman terorisme di lapangan Yonif 408/Suhbrastha Sragen, Selasa (6/9/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

BNPT menyebutkan indoktrinasi terorisme mulai menyentuh anak-anak lewat medsos.

Solopos.com, SRAGEN—Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengendus gejala indoktrinasi terorisme terhadap anak-anak lewat sarana media sosial (medsos) seperti Facebook. Banyaknya anak hilangan yang terjadi di beberapa daerah termasuk di Soloraya berkemungkinan masuk pada kelompok-kelompok jaringan teroris.

Advertisement

Penjelasan itu disampaikan Deputi II Bidang Penindaan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen Pol. Arief Dharmawan, saat ditemui wartawan seusai menggelar apel kesiapsiagaan BNPT bersama TNI/Polri dalam mengamankan Soloraya dari ancaman terorisme di Markas Yonif 408/Suhbrastha Sragen, Selasa (6/9). Arief mengungkapkan ada empat daerah yang berpotensi muncul terorisme di Indonesia, yakni Solo, Makasar, Poso, dan Nusa Tenggara Barat.

“Semua wilayah di Soloraya perlu diwaspadai. Kasus bom bunuh diri di Mapolresta Solo beberapa waktu lalu itu sudah diprediksi dan diantisipasi sejak dini. Kami tidak kecolongan karena potensi sebenarnya lebih besar lagi. Kendati sudah diantisipasi dan deteksi dini ternyata masih bocor juga,” kata Arief.

Advertisement

“Semua wilayah di Soloraya perlu diwaspadai. Kasus bom bunuh diri di Mapolresta Solo beberapa waktu lalu itu sudah diprediksi dan diantisipasi sejak dini. Kami tidak kecolongan karena potensi sebenarnya lebih besar lagi. Kendati sudah diantisipasi dan deteksi dini ternyata masih bocor juga,” kata Arief.

Dia menjelaskan Soloraya menjadi daerah dengan grafik potensi terorisme tinggi di Indonesia. Kalau para teroris itu mainnya di Poso, sambung dia, maka orang-orang yang ahli berasal dari Solo. Ya, Arief membenarkan bila wilayah Soloraya menjadi wilayah kaderisasi teroris karena para pemain di di sejumlah daerah itu orang Jawa.

“Yang lebih penting lagi, mereka [teroris] mulai bermain di level anak-anak. Anak usia 13-14 tahun sudah berani mengkafirkan ibunya. Di Medan beberapa waktu lalu, umurnya kurang dari 17 tahun. Ada keterangan dari Wakil Bupati Sragen [Dedy Endriyatno], model berdoa mereka berbeda dari kebiasaannya, yakni berdoa untuk kepentingan kelompok tertentu,” ujarnya.

Advertisement

Situasi sekarang, ujar Arief, tidak darurat terorisme tetapi tetap diwaspadai. Secara kuantitas, kata dia, aktivitas terorisme turun drastis. Secara kualitas, sebut Arief, gerakan mereka cenderung gerakan kecil tetapi menarik dunia.

“Mereka berubah menjadi sel-sel kecil yang satu dengan lainnya tidak saling kenal. Mereka bisa melakukan kapan pun dan dimana pun. Tujuan mereka mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi lain,” tambahnya.

Danyonif 408/Suhbrastha Sragen, Letkol (inf) Andy Bagus Diyan Arika, menyampaikan apel kesiagaan itu merupakan program rutin BNPT yang diadakan setiap tahun. Sebelumnya program serupa, kata dia, juga digelar di Jogja. Dia menyampaikan biasanya penentuan lokasi itu didasarkan pada wilayah yang strategis untuk koordinasi lintas pasukan, yakni pasukan angkatan darat (AD), pasukan paskhas angkatan udara (AU) dan Polri.

Advertisement

“Di Soloraya semua pasukan itu ada. Selain apel, kami juga menggelar simulasi menembak reaksi. Menembak dibaling perlindungan, seperti di balik gedung tinggi atau rendah. Simulasi itu bukan menunjukkan taktik tetapi menonjolkab teknik-teknik menembak di wilayah permukiman padat bangunan. Teknik menembak itu menggunakan senjata laras panjang dengan melibatkan 20 personel gabungan,” katanya.
Simulasi dilakukan dengan sasaran balon yang diletakkan pada bagian kepala gambar teroris bersenjata. Dulu, waktu di Jogja sempat menggunakan amunisi tajam karena berada di lapangan tembak. Simulasi di lapangan Yonif 408/Suhbrastha itu menggunakan peluru hampa.

“Tujuan apel dan simulasi untuk menciptakan keterpaduan aparat dalam mengantisipasi ancaman terorisme,” tambah Andy.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif