News
Senin, 5 September 2016 - 18:23 WIB

SIDANG KOPI BERSIANIDA : Balikkan Dakwaan, Ahli Patologi Australia: Mirna Bukan Keracunan Sianida!

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Saksi yang juga sahabat Mirna, Hanie Juwita Boon (kanan), bersama sejumlah pegawai kafe Olivier mengikuti rekonstruksi kejadian kasus kematian Wayan Mirna Salihin dalam persidangan dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, Rabu (27/7/2016). Kuasa hukum Jessica sempat mempertanyakan keberadaan sedotan yang dinilai merupakan salah satu fakta perjalanan sianida di kopi Mirna. (JIBI/Solopos/Antara/Yudhi Mahatma)

Sidang kopi bersianida dilanjutkan dengan keterangan ahli patologi dari Australia. Kesimpulannya, Mirna mati bukan karena keracunan sianida.

Solopos.com, JAKARTA — Kubu terdakwa Jessica Kumala Wongso mulai mengeluarkan jurusnya. Kesimpulan dua ahli toksikologi yang pernah bersaksi di sidang sebelumnya, diputar balik oleh ahli forensik yang didatangkan kuasa hukum Jessica. Kesimpulannya berbalik 180 derajat, yaitu kemungkinan besar Wayan Mirna Salihin meninggal bukan karena sianida.

Advertisement

Hal itu diungkapkan oleh ahli patologi forensik dari Brisbane, Queensland, Australia, yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Brisbane, Ong Beng Beng. Ong mengemukakan kesimpulannya bahwa kemungkinan besar Mirna meninggal bukan karena sianida.

“Tidak adanya pemeriksaan post mortem [autopsi], kemudian ada hasil toksikologi yang kontradiktif, ini tidak bisa dipastikan. Saya sebut penyebab kematian [Mirna] tidak bisa ditentukan,” katanya saat bersaksi di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin (5/9/2016) sore.

Advertisement

“Tidak adanya pemeriksaan post mortem [autopsi], kemudian ada hasil toksikologi yang kontradiktif, ini tidak bisa dipastikan. Saya sebut penyebab kematian [Mirna] tidak bisa ditentukan,” katanya saat bersaksi di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin (5/9/2016) sore.

Kesimpulanitu merujuk pada analisisnya terhadap beberapa barang bukti. Sebelumnya, dia mendapatkan salinan hasil pemeriksaan medis dan toksikologi pasca-kematian Mirna.

“Kita ulas kembali hasil toksikologinya. BB no. 5, yaitu lambung, di mana terdeteksi sianida, 0,2 mg/liter. BB No. 6 di liver dan empedu, tidak terdeteksi sianida BB no 7 urine juga negatif,” kata Ong.

Advertisement

Dalam sampel cairan isi lambung ini, Ong mengatakan bahwa ion arsenik, ion sianida, ion sodium, dan ion pestisida, semuanya negatif. Menurut Ong, bila seseorang mati karena menelan sianida lewat mulut, seharusnya kadar sianida di lambung sangat tinggi. “Dalam beberapa kasus bisa lebih dari 1.000 mg/l.” Baca juga: Sianida 0,2 Mg/L di Lambung Mirna Dipastikan Hanya Sisa.

Ong berupaya memperkuat pernyataannya dengan mengutip dua contoh kasus yang dilaporkan dalam American Journal of Forensik yang ditulis seorang ahli asal Jerman. Ada dua kasus korban meninggal setelah menelan sianida. Baca juga: Rekonstruksi Kopi Bersianida, Inilah yang Paling Mungkin Memasukkan Racun.

“Kasus 1, menimpa pria 38 tahun, dia tukang emas karena dia bisa mengakses sianida. Dia mati pagi hari di tokonya. Setelah dianalisis lewat otopsi 3 hari setelah kematian, diketahui darahnya mengandung 80,9 mg/l, di hati 17,6 mg/l, dan empedu 21,3 mg/liter, isi lambung 1.260 mg/liter.”

Advertisement

Kasus kedua, yaitu istri ahli kimia berusia 70 yang menelan zat yang dianggap beracun. Dia disebut menelan satu sendok sianida dan mati beberapa menit kemudian. Korban disebut mengaku telah menelan bubuk sianida lalu kejang dan mati 2 jam sesudahnya. “Analisis sianidanya, dalam darah 42,5 mg/l, dan lambng, 1,2 gram/liter.”

Dalam kasus ini, kata Ong, kemungkinan kematian Mirna bukan karena keracunan sianida. Hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan klinis yang tidak khas keracunan. “Tidak ada perubahan post mortem, seperti warna merah terang, atau bau sianida.

Satu-satunya perubahan yang muncul (versi Ong) adalah pengikisan lambung. Namun, Ong justru menyebut kemungkinan hal ini disebabkan oleh proses pengawetan jenazah Mirna. “Jadi tidak disebabkan sianida?” tanya Otto. “Sangat besar kemungkinan tidak karena sianida,” jawab Ong.

Advertisement

Kesimpulan Ong ini bertentangan dengan kesimpulan ahli toksikologi forensik I Made Gelgel Wirasuta dalam sidang sebelumnya. Made memastikan sianida yang masuk dalam tubuh Wayan Mirna Salihin dalam jumlah besar dan melalui kopi. Baca juga: Sianida Masuk ke Tubuh Mirna dalam Jumlah Besar Bersama Kopi.

Menurut Made, besarnya jumlah sianida itu terlihat dari sampel kopi bersianida yang diminum Mirna. Sampel kopi 1 mengandung kadar sianida (NaCN) 7.400 mg/L, sedangkan sampel kopi 2 mengandung sianida 7.500 mg/L. Saat diukur, PH kopi tersebut mencapai 13, atau sangat basa. Sedangkan dalam tubuh korban Mirna, PH lambung saat diotopsi mencapai 5,5 atau jauh lebih basa dari kondisi normal (PH 1,3 atau sangat asam). “PH 5,5 dan ada ion sianida terdeteksi 0,2 mg/L,” kata Made, Kamis (25/8/2016).

Berdasarkan hasil otopsi, kondisi lambung mengalami korosi yang sangat tebal dan terjadi diseluruh permukaan lambung. Asam lambung korban mengalami kontak dengan sianida dalam jumlah besar sehingga merusak seluruh permukaan lambung. “Ini yang menjadikan fakta bukti, lambung korban mengalami korosi. Penyebabnya sianida yang diminum,” kata Made dalam kesimpulannya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif