Soloraya
Senin, 5 September 2016 - 10:25 WIB

INFRASTRUKTUR SOLO : Jalur Lambat Purwosari-Gladag Jadi Pilot Project Kota Ramah Pesepeda

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Infrastruktur Solo akan dilengkapi dengan jalur untuk pesepeda dan jalur lambat Purwosari-Gladag sebagai pilot project.

Solopos.com, SOLO—Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Solo merealisasikan gagasan Kota Ramah Pesepeda akan dimulai dari jalur lambat di sepanjang Jl. Slamet Riyadi ruas Purwosari-Gladag.

Advertisement

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo, Yosca Herman Soedrajat, mengemukakan dari jalur lambat sepanjang 18 kilometer yang ideal dimaksimalkan sebagai jalur sepeda baru sepanjang empat kilometer di Jl. Slamet Riyadi ruas Purwosari-Gladag.

“Kami respons arahan Wali Kota untuk mulai menggagas jalur sepeda di Solo. Untuk tahap awal, jalur lambat Purwosari-Gladag bisa segera diterapkan,” terangnya saat ditemui di Loji Gandrung, Minggu (4/9/2016) pagi.

Herman, sapaan akrabnya, mengatakan jalur lambat sepanjang empat kilometer tersebut saat ini kondisinya sudah siap dilalui kendaraan tidak bermotor. “80% siap. Dari segi fisik, jalan kota ini terawat. Kondisi jalan juga relatif minim hambatan karena sudah steril pedagang kaki lima dan parkir [mulai pukul 05.00 WIB-17.00 WIB],” jelasnya.

Advertisement

Dia menyebutkan pengoperasian jalur sepeda tersebut membutuhkan rambu dan markah tambahan untuk meningkatkan keselamatan pesepeda atau pengguna kendaraan tidak bermotor. Hal itu diperkuat dengan pantauan jajaran SKPD di lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Solo saat mengikuti Mider Praja dengan mengantar puluhan pelajar SMP Muhammadiyah 1 Solo dari Loji Gandrung ke sekolah setempat.

Dari hasil pengamatan Wali Kota dan jajaran SKPD terkait, ditemukan masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang melintasi jalur lambat di sepanjang Jl. Slamet Riyadi ruas Loji Gandrung-Gladag. Selain itu, sejumlah kendaraan bermotor juga kedapatan parkir pada jam berangkat tersebut.

“Untuk meningkatkan keselamatan pesepeda, rambu dan markah masih perlu ditambah. Nanti kami realisasikan sebagian di APBD Perubahan,” bebernya.

Advertisement

Setelah optimalisasi jalur lambat Jl. Slamet Riyadi ruas Purwosari-Gladag untuk pesepeda sukses, menurut Herman, Pemkot Solo berencana melanjutkan penataan sejenis ke jalur lambat lain.

“Secara bertahap harapan kami bisa semuanya. Tentunya kami butuh koordinasi dengan dinas lain karena sementara ini jalur lambat di Solo kewenangannya ada di kota, provinsi, dan nasional,” kata dia.

Perwali

Disinggung soal produk hukum untuk mendukung realisasi gagasan Kota Ramah Pesepeda, Herman menyebutkan pihaknya bakal segera mengusulkan peraturan wali kota (Perwali).

“Perdanya sudah ada. Tinggal penjelasnya bisa dengan Perwali. Segera akan kami tindak lanjuti,” ujarnya.

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, mendukung gagasan Kota Ramah Pesepeda di Solo. Untuk mendukung upaya tersebut, pihaknya bakal mengomunikasikannya dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Pusat untuk perbaikan sejumlah ruas jalur lambat yang saat ini kondisinya cukup parah dilalui pengguna jalan.

“Prinsipnya kami dukung. Untuk jalur lambat yang kewenangannya ada di provinsi maupun pusat, kami akan segera komunikasikan agar segera ditangani. Kondisinya sudah cukup parah selama beberapa tahun belakangan ini belum tersentuh perbaikan,” kata dia.

Rudy, sapaan akrabnya, berpendapat selain dibutuhkan jalur khusus pesepeda, pihaknya juga mendorong dinas terkait untuk membuat larangan jam tertentu bagi kendaraan bermotor untuk melintas di jalur lambat yang telah ditetapkan sebagai kawasan ramah pesepeda. Dia mencontohkan jalur lambat khusus bagi kendaraan tidak bermotor pada pukul 06.00-07.00 WIB dan 13.00-14.00 WIB.

Dikatakannya, hal itu merupakan salah satu langkah pemerintah untuk memberikan tambahan jaminan keselamatan bagi pesepeda, khususnya kalangan pelajar. Wali Kota berharap dengan fasilitas tersebut, penggunaan sepeda motor di kalangan pelajar yang belum genap berusia di bawah 18 tahun bisa ditekan.

Sementara itu, Pegiat Kota Kita, Fuad Jamil, mengatakan pihaknya telah membuat pemetaan kondisi jalur lambat di Solo. Dari total 18 kilometer jalur lambat yang tersebar di sejumlah wilayah di Kota Bengawan, dia menyebut Jl. Slamet Riyadi ruas Purwosari-Gladag paling ramah pesepeda.

“Yang paling oke di Slamet Riyadi dari Purwosari sampai Gladag. Yang lain kondisinya sedang sampai rusak berat. Beberapa ruas jalur lambat juga tidak ideal karena masih digunakan PKL berjualan dan dipakai untuk parkir kendaraan, hunian, sampai tempat usaha,” bebernya.

Fuad mengatakan pesepeda yang melintasi sepanjang kawasan Purwosari-Gladag masih membutuhkan fasilitas penunjang keselamatan.

“Tambahan rambu saya kira masih perlu banyak. Selain itu, traffic light di beberapa bagian juga perlu perbaikan. Misalnya di perempatan Nonongan. Lampu merah untuk sepeda di sana rusak sepertinya karena terus-terusan menyala merah,” kata dia.

Terkait penerapan jam khusus di kawasan ramah pesepeda, utamanya untuk mendukung pengunaan sepeda ke sekolah, Fuad menyebutkan membangun kesadaran agar pelajar berbondong-bondong menggunakan sepeda ke sekolah tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah.

“Butuh kerja sama sekolah juga. Pihak sekolah harus berkomitmen mengarahkan anak didiknya untuk bersepeda ke sekolah. Selain itu, pihak sekolah dan komunitas juga perlu aktif menyosialisasikan kepada orang tua agar tidak memberikan kendaraan bermotor kepada putra-putrinya yang masih di bawah 18 tahun,” sarannya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif