Jogja
Sabtu, 3 September 2016 - 16:20 WIB

MALL DI BANTUL : Dari Dulu Bantul Tidak Ada Mall, Jadi Banyak Muncul Usaha Kecil

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Mall di Bantul masih menjadi wacana yang memunculkan pro dan kontra

Harianjogja.com, BANTUL—Rencana pembangunan mall di Bantul mendapatkan tanggapan beragam dari para pelaku Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Beberpa UMKM mengaku akan sangat dirugikan karena harus bersaing dengan pemodal besar, jika pembangunan mal benar terealisasi.

Advertisement

Salah Seorang pelaku UMKM di bidang kuliner, Suharsono menilai jika nantinya ada mall di Bantul akan terjadi persinggungan langsung pada pelaku usaha UMKM. Dia mengungkapkan kesulitan UMKM akan semakin bertambah karena harus bersaing dengan pelaku usaha bermodal besar.

“Dari dulu di Bantul itu tidak ada mall, sehingga banyak muncul UMKM di Bantul yang dapat menunjang perekonomian warga,” ujar Suharsono yang memiliki usaha kuliner di Dusun Comboran, Desa Jomboran, Bangutapan, Bantul, saat dihubungi pada Jumat (2/9/2016).

Menurutnya UMKM memiliki kemampuan yang terbatas dalam mempromosikan dan menampilkan produknya. Kata Suharsono, selama ini UMKM masih memerlukan bimbingan dan pengarahan untuk dapat berkembang. Menurutnya jika belum sampai berkembang kemudian malah diminta bersaing dengan yang lebih besar pasti akan mati.

Advertisement

Suharsono mengatakan hal tersebut berdasarkan pengalamanya saat pernah berjualan Sembako di pasar Sambilegi, Sleman. Dia kemudian gulung tikar karena kehilangan pelanggan, akibat banyaknya pusat perbelanjaan modern di Sleman. Hal itu menurutnya menjadi sebab menurunya jumlah pembeli di pasar tradisonal dan mengancam UMKM.

Hal serupa menurutnya akan terjadi di Bantul jika pembangunan mall terealisasi. Kata Suharsono, masyarakat sekrang lebih memilih suatu hal yang praktis, dan mall menawarkan hal tersebut. Terlebih lagi menurutnya pendirian mal bukan menjadi hal yang susah.

“Mall itu sudah seperti sistem yang tinggal panggil kapan saja bisa datang, asal lahan tersedia dan pemangku kebijakan memberikan lampu hijau, sudah langsung jadi. Mall itu sudah seperti buldoser tinggal manggil kapan saja datang,” paparnya.

Advertisement

Sementara itu pemilik usaha Batik Giri Asri, Mufidah mengaku tidak keberatan terhadap adanya mall di Bantul asalkan UMKM diberikan ruang yang lebih besar, daripada merek-merek perusahaan besar. Dia mengungkapakan akan sangat kesulitan jika harus bersaing langsung dengan merek-merek dari perusahaan bermodal besar.

Usaha batik milik Mufidah yang terletak di Dusun Mojolegi, Desa Karangtengah, Imogiri, Bantul ini omzetnya tak sampai Rp5 juta per bulan. Dia mengaku usahanya masih tergolong kecil dan baru rintisan sehingga belum siap bersaing. “Saya pernah menitipkan produk batik saya untuk dijual di Malioboro mal, namun tidak laku akibat kalah bersaing,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif